BAB IV
SIZING
Sizing merupakan proses pengelompokan material, ternagi dalam dua cara ; screening, yaitu proses pengelompokan material berdasarkan ukuran lubang ayakan sehingga ukurannya seragam dan classifying, yaitu proses pengelompokan material mendasarkan pada kecepatan jatuh material dalam suatu media (air atau udara), dipengaruhi oleh densitas, volume dan bentuk material.
A. Screening
Tujuan dilakukannya screening adalah :
1. Mempertinggi kapasitas unit operasi lainnya
2. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding
3. Memenuhi permintaan pasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan materian untuk menerobor ukuran ayakan adalah :
1. Ukuran bukaan ayakan
Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak material yang lolos.
2. Ukuran relatif partikel
Material yang mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan memiliki kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya berbeda, yaitu yang satu melintang dan lainnya membujur.
3. Pantulan dari material
Pada waktu material jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi screen sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak teratur.
4. Kandungan air
Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit akan menyumbat screen.
Berdasarkan bentuk permukaannya, screen terbagi atas :
1. Parallel Rod Screen
Terbuat dari steel bars, kayu atau cast iron. Contohnya Grizzly
2. Punched Plate
Dibuat dari belt conveyor atau plat baja
3. Woven Wire Screen
Terbuat dari kawat yang dianyam, berupa baja, tembaga, monel atau alloy-alloy lainnya.
Klasifikasi screen :
1. Fixed Screen
Permukaannya sangat keras dan terbuat dari batangan baja yang dirangkai sejajar di pasang miring disesuaikan dengan angle of repose material agar material yang kecil lolos dan yang besar menggelinding. Contohnya Grizzly Screen.
Keuntungannya :
a. Harga relatif murah
b. Digunakan untuk material yang kasar
c. Peralatan sederhana
Kerugiannya :
a. Memerlukan banyak tempat
b. Mudah tersumbat karena tidak ada getaran
c. Kurang efisien
2. Moving Screen (ayakan bergerak)
Screen bergerak sehingga memiliki efisiensi yang tinggi daripada fixed screen. Moving screen dibagi menjadi :
a. Vibrating screen
Berdasarkan mekanisme kerjanya dibedakan menjadi :
- Unbalance, alat ini dilengkapi dengan per, roll, pemberat seingga pada saat roll berputar akan menimbulkan getaran pada screen
- Excentric, alat ini dapat bergetar karena gerakan excentric shaft sehingga menimbulkan gerakan naik turun
- Cam dan Spring, getarannya dikarenakan gerakan berputar dari gear yang bergerigi yang dihubungkan dengan bagian screen sehingga gerakan putaran gear diubah menjadi gerakan naik turun
- Electromagnetic, alat ini bergetar karena adanya gaya tarik magnet. Magnet dibuat secara induksi, yaitu dengan mengalirkan listrik pada kumparan kawat email.
b. Shaking Screen
Shaking screen biasanya digunakan dalam preparasi batubara. Permukaannya horisontal atau sedikit miring 10o – 15o. Gerakan alat ini maju, keatas, mundur begitu seterusnya sehingga lebih menguntungkan dibandingkan dengan vibrating screen.
c. Trommol Screen
Alat jenis ini memiliki beberapa bentuk yaitu cylindrical, conical, prismatic dan pyramidal. Umumnya berdiameter 3 – 4 ft dan panjangnya 5 – 10 ft. Shell digerakkan oleh pulley dengan perantaraan central shaft. Cylindrical dan Prismatic dipasang miring sedangkan conical dan pyramidal dipasang pada poros yang horisontal.
B. Classifying
Kecepatan pengendapan tergantung pada ukuran, bentuk dan berat jenis partikel. Dalam classifying ini partikel kasar, berat dan berbentuk bulat akan mengendap lebih cepat daripada partikel yang ringan dan berbentuk tidak teratur. Ukuran butir yang dapat dipisahkan 20# - 300#.
Kecepatan pengendapan pada classifying menurut hukum stoke :
keterangan :
g = 9,81 m/det2
D = diameter partikel
= densitas solid
= densitas fluida
= viscositas
Berdasarkan media pemisahnya, classifying dibagi menjadi :
1. Sorting Classifier menggunakan cairan kental
Pada sorting classifier, kondisi pengendapannya adalah hindered settling yaitu pengendapan yang mengalami hambatan, Meskipun dalam media yang kental mineral yang mempunyai berat jenis yang berat lebih dulu mengendap bila dibandingkan dengan mineral yang mempunyai berat jenis ringan.
Pemisahan dicapai atas dasar sorting, yaitu sizing yang berdasarkan berat jenis dan bentuk. Classifier ini biasanya digunakan untuk produkta yang relatif kasar.
Contoh-contoh yang termasuk dalam sorting classifier adalah :
a. Evan Classifier
Alat ini terdiri dari sloping launder (pencuci miring) yang dilengkapi dengan rectangular box yang terbuka dan terletak pada daerah pencucian BC (lihat gambar 10). Air dimasukkan melalui pipa yang diatur dengan sebuah klep F. Partikel yang mengendap lebih cepat akan dikeluarkan melalui pipa spigot G, sedangkan partikel yang pengendapannya lambat (overflow) akan dikembalikan kedaerah pencucian E. Air yang dimasukkan melalui F lebih dikenal dengan hydraulic water.
b. Richard Hindered Settling Classifier
Pada alat ini digunakan kolom cylindrical sorting sebagai ganti dari rectangular boxes dari evan classifier. Sedangkan hydraulic water dimasukkan melalui bagian bawah kolom cylindrical sorting. Classifier ini merupakan tipe yang lebih sempurna jika dibandingkan dengan Evan Classifier.
c. Fahrenwald Sizer
Alat ini terdiri dari tangki yang berbentuk trapesium A, dilengkapi dengan 5 buah rectangular classifying pocket dan cylindrical pocket. Masing-masing rectangular classifying pocket dan cylindrical pocket akan menghasilkan produkta melalui spigot dimana ukuran butir dari rectanguler pocket yang pertama sampai ke cylindrical semakin halus.
d. Hydrator Classifier
Pada alat ini hindered settling cone terdapat pada bagian darar dari classifier suplement, sedangkan free settling cone terdapat pada bagian atas. Zone-zone ini terjadi akibat adanya peningkatan aliran pada zone bawah sedangkan pada zone atas tidak terjadi peningkatan kecepatan aliran.
Hydrostator classifier saat ini dilengkapi dengan mesin pengontrol pulp density dan alat pemisah slime particel dari overflow dan underflow. Alat ini digunakan untuk pencucian batubara.
2. Sizing Classifier menggunakan cairan encer
Dalam sizing classifier diperlukan penambahan air disamping air yang telah ada dalam suspensi. Sizing classifier inimenggunakan kondisi free settling yaitu pengendapan dari material secara individu yang mengendap secara langsung atau tanpa hambatan dari material lain.
Sizing classifier dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a. Settling Cone
Settling cone merupakan conical sheet metal shell dengan puncak (apex) pada bagian bawah. Umpan dimasukkan pada bagian atas (centre) ke bagian dalam sebuah cylindrical kecil atau cylindriconical shell, yang berfungsi untuk mencegah lewatnya umpan ke overflow. Debit air yang masuk lebih besar daripada debit air yang keluar. Untuk mengatur pengeluaran underflow digunakan semacam pelampung.
Contohnya Allen Automatic Classifier. Pada alat inipemasukan dan pengeluaran diatur secara otomatis karena mempunyai bagian yang bergerak atau pelampung (float) F, yang ditempatkan didalam cylindriconical shell yang mengelilingi feed shell A dan juga baffle B yang bekerja berlawanan dan mengakibatkan spigot J akan tertutup. Tetapi apabila level dari sedimen E telah dicapai maka untuk mencegah lolosnya pulp dari feed shell ke dalam classifier atau jika di situ ada suspensi yang telah mencapai batas maka pelampung akan naik dan spigot akan terbuka, spigot akan tertutup lagi jika batas sedimen dan densitas menjadi rendah. Pengaturan densitas dari spigot produk dilakukan dengan cara mengatur posisi pemberat K. Agar lebih jelas maka dapat dilihat pada gambar dibawah.
b. Mechanical Classifier
Mekanisme pemisahan pada mechanical classifier menghasilkan empat zone, yaitu :
- Zone A, merupakan zone yang pertamakali terbentuk dan lapisan ini merupakan lapisan yang tidak aktif yang berfungsi untuk melindungi lapisan dasar dari alat.
- Zone B, Merupakan zone bergerak, material-material yang ada mengalami penggarukan dan ukurannya agak kasar yaitu berupa pasir yang dikeluarkan sebagai underflow
- Zone C, merupakan quick sand yang berupa suspensi antara air dan solid yang berbeda dalam keadaan agitasi dan mempunyai daya apung sehingga seolah-olah merupakan suspensi yang mempunyai densitas yang sama. Zone ini mempunyai volume tetap. Apabila ada partikel baru yang masuk dalam zone ini yang mempunyai ukuran dan densitas yang sama maka partikel tersebut akan mendesak partikel yang ada dalam zone C untuk mengendap, sehingga partikel-partikel dalam zone ini akan tetap.
- Zone D, merupaka zone yang selalu bergerak dengan arah horisontal. Hal ini disebabkan karena adanya aliran media dan partikel ke arah tepi overflow discharge yang mengalirkan partikel halus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan :
- Kemiringan Classifier (slope)
Untuk pemisahan yang kasar biasanya slope dibuat antara 2,5 – 3,5 inchi per feet, sedangkan yang lebih halus sekitar 1,5 -2,5 inchi per feet. Juka slope besar maka memberikan kesempatan pada partikel menjadi overflow lebih besar. Tetapi kemungkinan material yang telah digaruk kembali jatuh (mengendap) sehingga classifier akan menghasilkan produkta yang bersih.
- Feed Rate
Ditentukan oleh kapasitas overflow dan overflow tergantung pada penjang dari bibir overflow yang memberi kesempatan pada material untuk keluar sebagai overflow.
Mechanical classifier dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
i. Rake Classifier
Contoh alat ini adalah :
- Dorr Rake Classifier
Alat ini terdiri dari tangki yang biasanya terbuat dari besi, beton kayu maupun metal lainnya dan settling box yang berbentuk segiempat. Bagian atas (sand discharge end) terbuka sedangkan bagian bawah (slime overflow end) tertutup oleh tail board dan bibir overflow. Rake yang digunakan satu, dua maupun tiga buah. Rake ini degerakkan oleh head motion yang terletak pada sand discharge end. Gerakan yang dihasilkan diteruskan pada sebuah sistem dari heavy gear, pinion, crank dan exentric. Gerakan menggaruk (raking) yang diberikan oleh head motion akan disalurkan pada bidang datar vertikal yang berbentuksegiempat (indicator diagram) dengan bagian sudut atas bundar. Sesaat sebelum raking stroke dimulai, rake blade diturunkan dan akan memberikan gerakan maju ke arah depan discharge end classifier. Pada batas raking stroke maka blade akan naik dan bergerak lagi ke titik semula.
- Dorr Bowl Classifier
Alat ini dilengkapi dengan settling tankyang luas dan berbentuk silinder dengan bagian atas dan bawah berbentuk flat cone. Dorr BowlClassifier dengan settling area yang luas digunakan untuk material berukuran sangat halus dari pada Dorr Rake Classifier. Penyekat overflow yang panjang dan settling tank yang relatif luas akan mengurangi amplitudo dari gelombang pulp dan akan menghasilkan ukuran overflow yang lebih tepat. Dorr Rake dan Dorr Bowl Classifier sangat banyak digunakan.
- Dorr Multizone Classifier
Alat ini menggunakan dua settling cone, hindered settling atau kecepatan (zone dekat rake) dan free settling atau zone diam yang merupakan sorting zone pada ruang yang mengelilingi di atas hindered settling zone. Alat ini cocok untuk material yang relatif kasar dan slope yang diterapkan antara 2 – 3 inci/feet.
ii. Drag Classifier
Yang termasuk alat ini adalah Esperanza Classifier. Alat ini terdiri dari sebuah bak miring yang panjang, pada dasar bak ini butiran besar dan berat akan diendapkan sedangkan butiran yang halus dan ringan akan menjadi overflow.
iii. Spiral Classifier
Termasuk dalam alat ini adalah Akins Classifier. Peralatan ini biasanya menggunakan bak yang miring dan mechanical classifier dimana pulp ditempatkan dan digerakkan dengan sebuah atau lebih spiral ribbon yang berputar pada suatu poros (shaft).
Spiral ribbon ini bertindak sebagai rake pada Dorr Classifier atau scrapping flight pada Esperanza Classifier yang berfungsi tidak hanya untuk memindahkan material yang mengendap tapi juga untuk mengangkat material. Di dalam Akins Classifier endapan solid dijungkirbalikkan oleh spiral sebelum pengeluaran akhir.
Keuntungan dari Akins Classifier adalah :
- kapasitas tinggi
- volume settling zone besar dan luas
- ongkos pemakaian dan pemeliharaan rendah
- efisien dan mudah penanganannya
Diameter spiral 10 -100 inchi dengan kecepatan putar untuk spiral berukuran besar adalah 6 rpm dan untuk spiral berukuran kecil yaitu 20 rpm. Spiral classifier ini dioperasikan dengan kemiringan (slope) 3 – 4 inchi/feet.
iv. Hardinge Counter Current Classifier
Bentuk alat ini berupa tabung yang didalamnya terdapat pengaduk. Alat ini diletakkan dalam keadaan sedikit miring agar overflow dapat mengalir keluar. Pada kedua sisinya terdapat lubang pengeluaran yaitu untuk overflow dan lainnya untuk underflow.
3. Sizing Classifier menggunakan udara
Pada sizing classifier karena menggunakan udara maka classifier ini sering disebut dengan pneumatic classifier. Kebanyakan penggunaan classifier ini adalah untuk menghilangkan debu-debu dengan menggunakan hembusan udara yang dilengkapi dengan alat pengumpul debu/kotoran.
Pemisahan partikel-partikel pada alat ini dipengaruhi oleh :
- distribusi ukuran, bentuk butir, berat jenis, kelembaban dari partikel tersebut
- kecepatan pengaliran udara, temperatur, kelembaban, viscositas dar udara yang dihembuskan
- sifat permukaan, besarnya gaya yang ditimbulkan dari alat yang digunakan
Classifier dengan media udara ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Berdasarkan Gravitasi
Pemisahan yang terjadi pad classifier dengan udara berdasarka gaya gravitasi ini disebabkan karena adanya perbedaan gaya gravitasi yang ditimbulkan oleh partikel itu sendiri. Partikel yang berbutir besar akan mempunyai gaya gravitasi yang besar pula, begitu pula sebaliknya. Selain itu juga dipengaruhi oleh berat jenis dari partikel tersebut.
Dengan adanay udara yang disemprotkan maka butiran-butiran partikel yang halus dan kasar akan terpisahkan. Partikel yang halus akan terlempar lebih jauh dibandingkan partikel kasar.
b. Berdasarkan Inersia (movement)
Pada pemisahan berdasarkan inersia ini, partikel diberi gaya sehingga material ini akan terdorong atau terlempar.
Kapasitas classifier dipengaruhi oleh :
1. Kemiringan alat
Untuk material kasar slope antara 2,5 – 3,5 inchi per feet
2. Kecepatan masuknya umpan
3. Dillution
Yaitu perbandingan antara air dengan solid. Jika airnya banyak maka materialnya agak halus
4. Kecepatan penggarukan
Bila terlalu cepat maka akan menimbulkan agitasi sehingga hasilnya tidak bersih
Kapasitas classifier dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
C = a.A.v.y
dimana :
C = kapasitas, ton solid/jam
A = luas penampang melintang, ft2
v = kecepatan, ft/menit
y = volume solid, %
a = konstanta, nilainya = 1,875
= berat jenis solid
Efisiensi classifier sukit ditentukan secara tepat, tapi dapat dihitung dengan rumus berikut :
E = 100x(c(f-t)/f(c-t))
dimana :
E = efisiensi
c = prosentase berat material dalam overflow yang lebih kecil dari mesh of separation
f = prosentase berat material dalam umpan yang lebih kecil dari mesh of separation
t = prosentase berat material dalam underflow yang lebih kecil dari mesh of separation
atau dengan rumus lain :
E = 1000x(c/f)x((c-f)/(f(100-f)))
dimana :
E = efisiensi
C = tonase overflow classifier
F = tonase feed classifier
c = prosentase berat material dalam overflow yang lebih kecil dari mesh of separation
f = prosentase berat material dalam umpan yang lebih kecil dari mesh of separation
Contoh soal berkaitan dengan kolam pengendapan :
Bijih yang masuk dalam proses pengolahan sebesar 5000 tpd (ton per day), bila nosbah konsentrasi 10 : 1, serta tailingnya mengandung 20% solid, hitunglah volume tailing yang masuk ke settling pond (kolam pengendapan). Berat jenis bijih adalah 3 ton/m3 (dalam tailing). Hitung pula kecepatan terminal partikel berdiameter 2 micron yang BJ = 2,8 gr/cc. Jika tailing dimasukkan dalam kolam pengendapan, berapa luas kolam pengendapan.
Jawab :
Nisbah konsentrasi = 10, berarti berat konsentrat = 5000/10 = 500 ton, berat tailing = 5000-500 = 4500 ton
% solid = 20%, maka berat air dalam tailing = (80/20)x4500 = 18.000 ton
volume tailing keseluruhan = (4500/3)+(18.000/1) = 19.500 m3/hari
Kecepatan pengendapan pada classifying menurut hukum stoke :
dimana :
g = 9,81 m/det2
D = diameter partikel
= densitas solid (2,8 gr/cc)
= densitas fluida
= viscositas (1 centipoise = 0,01), 1000 centipoise = 1 kg/m det
Kecepatan pengendapan tailing :
= 3,92 x 10-4 cm/det
= 3,92 x 104 x 102 m/det
= (3,92 x 106) x (24x60x60) m/hari
= 0,3387 m/hari
Luas kolam yang diperlukan untuk menampung tailing :
Sketsa Alat
Feeder
Macam – macam feeder :
1. Apron feeder
Jumlah pemasukan material (kapasitas muatan) dikontrol oleh peningkatan dan penurunan gerbang (gate) atau dengan merubah kecepatan feeder.
2. Chain feeders
Chain feeders digunakan untuk memasukkan umpan ke dalam jaw crusher. Alat ini terdiri dari sebuah bin kecil dengan bagian depan yang terhalang oleh sebuah heavy chain. Jumlah muatan dikontrol oleh kecepatan chain yang berbeda-beda.
Classifier
Macam-macam classifier:
1. Akins classifier
Akin classifier merupakan jenis classifier yang memilki kemiringan dimana proses agitasi pulp di jaga oleh satu atau lebih spiral yang terletak sejajar.
2. Pneumatic classifiers
Pneumatic classifiers menggunakan medium yang memiliki kekentalan lima puluh hingga seratus kali lebih besar dari air. Settling velocity dari pneumatic classifier kira-kira 100 kali lebih besar dari water classifier.
Read More
Kamis, 11 Februari 2010
Sampling dan Analisa Ayak (PBG)
BAB III
SAMPLING DAN ANALISA AYAK
A. Sampling
Sampling (pengambilan conto) merupakan tahap awal dari suatu analisis. Pengambilan conto harus efektif, cukup seperlunya tapi representatif (mewakili). Sampling harus dilakukan dalam tahapan yang benar sehingga hasil sampling yang didapat mampu mewakili material yang begitu banyak dan dapat dipakai sebagai patokan untuk mengontrol apakah proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau tidak. Untuk hasil lebih baik dilakukan analisa mikroskop.
Increment adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh
Dari mekanismenya, pengambilan contoh dapat dibagi dua, yaitu :
1. Hand sampling
Pengambilan contoh dilakukan dengan tangan, sehingga hasilnya sangat tergantung pada ketelitian operator
a. Grab sampling
Pengambilan sampel pada material yang homogen dan dilakukan dengan interval tertentu dengan menggunakan sekop. Contoh yang diperoleh biasanya kurang representatif.
b. Shovel sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan shovel, keuntungan cara ini lebih murah, waktu pengambilan cepat dan memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Material conto yang diambil berukuran kurang dari 2 inchi.
c. Stream sampling
Alat yang digunakan Hand sampling cutter. Conto yang diambil berupa pulp (basah) dan pengambilan searah dengan aliran (stream).
d. Pipe sampling
Alat yang digunakan pipa/tabung dengan diameter 0.5, 1.0, dan 1.5 inchi. Salah satu ujung pipa runcing untuk dimasukkan ke material. Terdiri dari dua pipa (besar dan kecil) sehingga terdapat rongga diantaranya untuk tempat conto.
Digunakan pada material padat yang halus dan tidak terlalu keras.
e. Coning and quatering
Langkah-langkah yang dilakukan :
- Material dicmapur sehingga homogen
- Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut
- Ujung kerucut ditekan sehingga membentuk kerucut terpotong dan dibagi empat bagian sama besar
- Dua bagian yang berseberangan diambil untuk dijadikan conto yang dianalisis
2. Mechanical sampling
Digunakan untuk pengambilan conto dalam jumlah yang besar dengan hasil yang lebih representatif dibandingkan hand sampling.
Alat yang dipergunakan, antara lain :
a. Riffle sampler
Alat ini bentuknya persegi panjang dan didalamnya terbagi beberapa sekat yang arahnya berlawanan. Riffle-riffle ini berfungsi sebagai pembagi conto agar dapat terbagi sama rata.
b. Vein sampler
Pada bagian dalam dilengkapi dengan revolving cutter, yaitu pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk area yang bundar sehingga dapat memotong seluruh alur bijih.
Langkah selanjutnya setelah sampling adalah analisa yang meliputi penimbangan, pengayakan, mikroskopis dan analisis kimiawi jika diperlukan.
B. Analisis Ayak
Tujuan analisis ayak adalah untuk mengetahui :
1. Jumlah produksi suatu alat
2. Distribusi partikel pada ukuran tertentu
3. Ratio of concentration
4. Recovery suatu mineral pada setiap fraksi
Peralatan yang diperlukan dalam analisis ayak antara lain ayakan, timbangan, mikroskop dan alat sampling. Untuk melakukan analisis lebih baik digunakan dua ayakan dengan salah satunya dipakai sebagai pembanding.
Standar ukuran ayakan (screen)
Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar material yang diayak.
Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut prosentase opening.
Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
5. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak
Kapasitas screen secara umum tergantung pada :
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bukaan
3. Sifat dari umpan seperti ; berat jenis, kandungan air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan
Efisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan sebagai perbandingan dari energi keluaran dengan eneri masukan. Dengan demikian dalam screening bukannya efisiensi melainkan ukuran keefektifan dari operasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi screen :
1. Lamanya umpan berada dalam screen
2. Jumlah lubang yang terbuka
3. Kecepatan umpan
4. Tebalnya lapisan umpan
5. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material yang diolah.
Dimana :
a = prosentase partikel yang lebih kasar dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang ada dalam umpan
b =prosentase partikel yang lebih halus dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang
ada dalam umpan
c = prosentase partikel yang lebih kasar dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang ada dalam oversize
d = prosentase partikel yang lebih halus dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang ada dalam undersize
R = recovery untuk partikel halus yang melalui ayakan
O = recovery dari oversize dalam proses
E = efisiensi ayakan untuk undersize sebagai produk akhir (rumus no. 3)
efisiensi ayakan untuk oversize sebagai produk akhir (rumus no. 4)
= efisiensi ayakan untuk undersize dan oversize sebagai produk akhir (rumus no. 5)
Dari hasil pengayakan dilakukan analisa mikroskop sehingga didapatkan hasil bahwa pada ukuran butir yang paling kecil derajat liberasinya makin besar. Dengan demikian berarti makin kecil ukuran butir makin sempurna material terliberasi atau terbebaskan dari ikatan gangue mineral.
Selain itu dari hasil pengayakan yang dilakukan dengan dua ayakan akan dapat dibandingkan satu sama lainnya sehingga dapat diketahui efisiensi pengayakan yang paling baik.
Derajat liberasi adalah perbandingan antara jumlah berat mineral bebas dan berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan terikat).
Efisiensi yaitu perbandingan antara undersize yang lolos dengan undersize yang seharusnya lolos.
Kadar Fraksi = (mineral A x BjA)/((mineralAxBjA)+(mineralBxBjB))x100%
Hitung derajat liberasi bijih maupun kadar bijih bila BJ mineral A = 7 dan BJ mineral B = 2,5
Jawab :
Derajat Liberasi fraksi (+28#) mineral A = (4x7)/(10,5x7)x100%=38,09
Kadar mineral A pada fraksi (+28#) = (10,5x7)/((10,5x7)+(8,25x2,5))x100%=77,57%
Dengan cara yang sama dapat dihitung kadar (KD) maupun Derajat Liberasi (DL) tiap fraksi.
Derajat Liberasi bijih = jumlah kolom 5 : jumlah kolom 2 = 5600,42 : 100 = 56%
Kadar Bijih = jumlah kolom 6 : jumlah kolom 2 = 7869,94 : 100 = 78,699 %
Dalam mencari kadar bijih jangan sampai kadar tiap fraksi dijumlahkan dan hasilnya dibagi tiga. Hal ini salah karena berat tiap fraksi tidak sama.
Read More
SAMPLING DAN ANALISA AYAK
A. Sampling
Sampling (pengambilan conto) merupakan tahap awal dari suatu analisis. Pengambilan conto harus efektif, cukup seperlunya tapi representatif (mewakili). Sampling harus dilakukan dalam tahapan yang benar sehingga hasil sampling yang didapat mampu mewakili material yang begitu banyak dan dapat dipakai sebagai patokan untuk mengontrol apakah proses pengolahan tersebut berjalan dengan baik atau tidak. Untuk hasil lebih baik dilakukan analisa mikroskop.
Increment adalah jumlah satuan mineral yang dikumpulkan dari populasi sebagai bagian dari contoh yang diperoleh dengan sekali pengambilan contoh
Dari mekanismenya, pengambilan contoh dapat dibagi dua, yaitu :
1. Hand sampling
Pengambilan contoh dilakukan dengan tangan, sehingga hasilnya sangat tergantung pada ketelitian operator
a. Grab sampling
Pengambilan sampel pada material yang homogen dan dilakukan dengan interval tertentu dengan menggunakan sekop. Contoh yang diperoleh biasanya kurang representatif.
b. Shovel sampling
Pengambilan sampel dengan menggunakan shovel, keuntungan cara ini lebih murah, waktu pengambilan cepat dan memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Material conto yang diambil berukuran kurang dari 2 inchi.
c. Stream sampling
Alat yang digunakan Hand sampling cutter. Conto yang diambil berupa pulp (basah) dan pengambilan searah dengan aliran (stream).
d. Pipe sampling
Alat yang digunakan pipa/tabung dengan diameter 0.5, 1.0, dan 1.5 inchi. Salah satu ujung pipa runcing untuk dimasukkan ke material. Terdiri dari dua pipa (besar dan kecil) sehingga terdapat rongga diantaranya untuk tempat conto.
Digunakan pada material padat yang halus dan tidak terlalu keras.
e. Coning and quatering
Langkah-langkah yang dilakukan :
- Material dicmapur sehingga homogen
- Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut
- Ujung kerucut ditekan sehingga membentuk kerucut terpotong dan dibagi empat bagian sama besar
- Dua bagian yang berseberangan diambil untuk dijadikan conto yang dianalisis
2. Mechanical sampling
Digunakan untuk pengambilan conto dalam jumlah yang besar dengan hasil yang lebih representatif dibandingkan hand sampling.
Alat yang dipergunakan, antara lain :
a. Riffle sampler
Alat ini bentuknya persegi panjang dan didalamnya terbagi beberapa sekat yang arahnya berlawanan. Riffle-riffle ini berfungsi sebagai pembagi conto agar dapat terbagi sama rata.
b. Vein sampler
Pada bagian dalam dilengkapi dengan revolving cutter, yaitu pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan membentuk area yang bundar sehingga dapat memotong seluruh alur bijih.
Langkah selanjutnya setelah sampling adalah analisa yang meliputi penimbangan, pengayakan, mikroskopis dan analisis kimiawi jika diperlukan.
B. Analisis Ayak
Tujuan analisis ayak adalah untuk mengetahui :
1. Jumlah produksi suatu alat
2. Distribusi partikel pada ukuran tertentu
3. Ratio of concentration
4. Recovery suatu mineral pada setiap fraksi
Peralatan yang diperlukan dalam analisis ayak antara lain ayakan, timbangan, mikroskop dan alat sampling. Untuk melakukan analisis lebih baik digunakan dua ayakan dengan salah satunya dipakai sebagai pembanding.
Standar ukuran ayakan (screen)
Ukuran yang digunakan bisa dinyatakan dengan mesh maupun mm (metrik). Yang dimaksud mesh adalah jumlah lubang yang terdapat dalam satu inchi persegi (square inch), sementara jika dinyatakan dalam mm maka angka yang ditunjukkan merupakan besar material yang diayak.
Perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas permukaan screen disebut prosentase opening.
Pelolosan material dalam ayakan dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu :
1. Ukuran material yang sesuai dengan lubang ayakan
2. Ukuran rata-rata material yang menembus lubang ayakan
3. Sudut yang dibentuk oleh gaya pukulan partikel
4. Komposisi air dalam material yang akan diayak
5. Letak perlapisan material pada permukaan sebelum diayak
Kapasitas screen secara umum tergantung pada :
1. Luas penampang screen
2. Ukuran bukaan
3. Sifat dari umpan seperti ; berat jenis, kandungan air, temperatur
4. Tipe mechanical screen yang digunakan
Efisiensi screen dalam mechanical engineering didefinisikan sebagai perbandingan dari energi keluaran dengan eneri masukan. Dengan demikian dalam screening bukannya efisiensi melainkan ukuran keefektifan dari operasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi effisiensi screen :
1. Lamanya umpan berada dalam screen
2. Jumlah lubang yang terbuka
3. Kecepatan umpan
4. Tebalnya lapisan umpan
5. Cocoknya lubang ayakan dengan bentuk dan ukuran rata-rata material yang diolah.
Dimana :
a = prosentase partikel yang lebih kasar dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang ada dalam umpan
b =prosentase partikel yang lebih halus dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang
ada dalam umpan
c = prosentase partikel yang lebih kasar dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang ada dalam oversize
d = prosentase partikel yang lebih halus dari ukuran yang ditentukan oleh ayakan yang ada dalam undersize
R = recovery untuk partikel halus yang melalui ayakan
O = recovery dari oversize dalam proses
E = efisiensi ayakan untuk undersize sebagai produk akhir (rumus no. 3)
efisiensi ayakan untuk oversize sebagai produk akhir (rumus no. 4)
= efisiensi ayakan untuk undersize dan oversize sebagai produk akhir (rumus no. 5)
Dari hasil pengayakan dilakukan analisa mikroskop sehingga didapatkan hasil bahwa pada ukuran butir yang paling kecil derajat liberasinya makin besar. Dengan demikian berarti makin kecil ukuran butir makin sempurna material terliberasi atau terbebaskan dari ikatan gangue mineral.
Selain itu dari hasil pengayakan yang dilakukan dengan dua ayakan akan dapat dibandingkan satu sama lainnya sehingga dapat diketahui efisiensi pengayakan yang paling baik.
Derajat liberasi adalah perbandingan antara jumlah berat mineral bebas dan berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan terikat).
Efisiensi yaitu perbandingan antara undersize yang lolos dengan undersize yang seharusnya lolos.
Kadar Fraksi = (mineral A x BjA)/((mineralAxBjA)+(mineralBxBjB))x100%
Hitung derajat liberasi bijih maupun kadar bijih bila BJ mineral A = 7 dan BJ mineral B = 2,5
Jawab :
Derajat Liberasi fraksi (+28#) mineral A = (4x7)/(10,5x7)x100%=38,09
Kadar mineral A pada fraksi (+28#) = (10,5x7)/((10,5x7)+(8,25x2,5))x100%=77,57%
Dengan cara yang sama dapat dihitung kadar (KD) maupun Derajat Liberasi (DL) tiap fraksi.
Derajat Liberasi bijih = jumlah kolom 5 : jumlah kolom 2 = 5600,42 : 100 = 56%
Kadar Bijih = jumlah kolom 6 : jumlah kolom 2 = 7869,94 : 100 = 78,699 %
Dalam mencari kadar bijih jangan sampai kadar tiap fraksi dijumlahkan dan hasilnya dibagi tiga. Hal ini salah karena berat tiap fraksi tidak sama.
Read More
Kominusi
BAB II
KOMINUSI
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan bijih tersebut dari ikatnnya yang merupakan gangue mineral dengan menggunakan alat crusher atau grinding mill. Kominusi terbagi dalam 3 tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing dan fine crushing.
A. Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa bongkah-bongkah besar yang berukuran +/- 84 x 60 inchi dan produkta berukuran 4 inchi. Beberapa alat untuk primary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan yang lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam :
a. Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas
b. Dodge Jaw Crusher, dengan poros di bawah
Perbandingan Dodge dengan Blake Jaw Crusher, yaitu :
a. Ukuran produkta pada Blake Jaw lebih heterogen dibandingkan dengan Dodge Jaw yang relatif seragam
b. Pada Blake Jaw porosnya di atas sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terkecil
c. Pada Dodge Jaw porosnya di bawah sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terbesar sehingga gaya mekanis dari Dodge Jaw lebih besar doibandingkan dengan Blake Jaw
d. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari Blake Jaw pada ukuran yang sama
e. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan
Istilah-istilah pada Jaw Crusher, antara lain :
a. Setting Block, bagian dari jaw crusher untuk mengatur agar lubang ukuran sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan, maka jarak antara fixed jaw dengan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, dan sebaliknya.
b. Toggle, bagian dari jaw crusher yang berfungsi untuk mengubah gerakan naik turun menjadi maju mundur
c. Pitman, berfungsi untuk merubah gerakan berputar dari maju mundur menjadi gerakan naik turun
d. Swing Jaw, bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat gerakan atau dorongan toggle
e. Fixed Jaw, bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak/diam
f. Mouth, bagian mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai lubang penerimaan umpan
g. Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang pengeluaran
h. Gate, adalah jarak mendatar pada mouth
i. Set, adalah jarak mendatar pada throat
j. Closed Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke depan
k. Open Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke belakang
l. Throw, selisih jarak pelemparan antara open setting dengan close setting
m. Nip Angle, sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat melalui titik singgung antara jaw dengan batuan
Khusus untuk gape adalah jarak mendatar pada mouth yang diukur pada bagian mouth dimana umpan yang dimasukkan bersinggungan dengan mouth. Jadi besarnya gape selalu berubah-ubah menurut besarnya umpan.
Pecahnya batuan dari jaw crusher karena adanya :
a. Daya tahan batuan lebih keci dari gaya yang menekan
b. Nip angle
c. Resultante gaya yang arahnya ke bawah
Gaya-gaya yang ada pada jaw crusher, adalah :
a. Gaya tekan (aksi)
b. Gaya gesek
c. Gaya gravitasi
d. Gaya yang menahan (reaksi)
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultante gaya akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi jika gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ka atas saja.
Faktor-faktor yangmempengaruhi efisiensi jaw crusher :
a. Lebar lubang bukaan
b. Variasi dari throw
c. Kecepatan
d. Ukuran umpan
e. Reduction ratio (RR)
f. Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis umpan
Reduction ratio merupakan perbandingan antar ukuran umpan dengan ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing adalah 4 – 7, sedangkan untuk secondary crushing adalah 14 – 20 dan fine crushing (mill) adalah 50 -100.
Terdapat empat macam reduction ratio, yaitu :
a. Limiting Reduction Ratio
Yaitu perbandingan antara tebal/lebar umpan dengan tebal/lebar produk
LRR = tF/tP = wF/wP
dimana :
tF = tebal umpan
tP = tebal produk
wF = lebar umpan
wP = lebar produk
b. Working Reduction Ratio
Perbandingan antara tebal partikel umpan (tF) yang terbesar dengan efective set (Se) dari crusher.
WRR = tF/Se
c. Apperent Reduction Ratio
Perbandingan antara effective gate (G) dengan effective set (So)
ARR =0,85G/So
d. Reduction Ratio 80 (R80)
Perbandingan antara lubang ayakan umpan dengan lubang ayakan produk pada kumulatif 80%.
Kapasitas jaw crusher dipengaruhi oleh :
a. Gravitasi
b. Kekerasan material
c. Keliatan material
d. Kandungan air/kelembaban
Menurut Taggart, kapasitas jaw crusher dinyatakan dalam suatu rumus empiris :
T = 0,6 LS
dimana : T = kapasitas, ton/jam
L = panjang dari lubang penerimaan
S = lebar dari lubang pengeluaran
2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini berputar dan bergoyang sehingga proses penghancuran berjalan terus menerus tanpa selang waktu. Berbeda dengan jaw crusher yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu pada waktu swing jaw bergerak ke belakang sehingga ada material-material yang tidak mengalami penggerusan.
Macam-macam gyratory crusher :
a. Suspended Spindel Gyratory Crusher
b. Pararell Pinch Crusher
Perbedaan utama jenis ini dari suspended spindel, terletak pada gerakan crushing head-nya. Gerakan crushing head pada prarell pinch menghasilkan bentuk cone yang tajam dengan puncak dalam keadaan menggantung sehingga menghasilkan gerakan berputar yang dapat menghancurkan umpan sepanjang daerah permukaan crushing head.
Bentuk-bentuk head dan concave pada gyratory crusher adalah :
a. Straight head and concave
b. Curved head and concave
Kedua jenis head dan concave ini perbedaanya hanya pada permukaannya, yaitu yang pertama adalah rata dan yang kedua melengkung.
Kapasitas gyratory crusher lebih besar disbanding dengan jaw crusher pada ukuran umpan yang sama. Oleh Taggart, kapasitas gyratory dihitung dengan rumus :
T = 0,75So (L-G)
dimana :
T = kapasitas, ton/jam
G = gape, inch
So = open set, inch
Kapasitas gyratory crusher tergantung pada :
a. sifat alamiah material yang dihancurkan, seperti kekerasan, keliatan dan kerapuhan
b. permukaan concave dan crushing head terhadap umpan akan mempengaruhi gesekan antara material dengan bagian pemecah (concave dan head)
c. Kandungan air, seting, putaran dan gape
Perbedaan antara gyratory dan jaw crusher adalah :
a. Pemasukan umpan, jaw crusher pemasukannya tidak kontinyu sedangkan gyratory kontinyu
b. Gyratory alatnya lebih besar dan bagian-bagiannya tidak mudah dilepas
c. Kapasitas gyratory lebih besar dari jaw crusher, karena pemasukan umpan dapat kontinyu dan penghancurannya merata
d. Pemecahan pada jaw lebih banyak tekanan, tetapi pada gyratory crusher gaya geseknya lebih besar walaupun ada gaya tekannya. Pada gyratory kalau berputarnya cepat, produkta yang dihasilkan relatif kecil.
B. Secondary Crushing
Merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari primary crushing, dimana umpan berukuran lebih kecil dari 6 inchi produkta berukuran 0.5 inchi. Beberapa alat untuk secondary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher (kecil)
2. Gyratory Crusher (kecil)
3. Cone Crusher
Alat ini merupakan secondary crusher yang penggunaannya lebih ekonomis. Cone crusher hampir sama dengan gyratory crusher, perbedaannya terletak pada :
a. crushing surface terluar bekerja sedemikian rupa sehingga luas lubang pengeluaran dapat bertambah
b. crushing surface terluar bagian atasnya dapat diangkat sehingga material yang tidak dapat dihancurkan dapat dikeluarkan
Macam-macam cone crusher :
a. Simon Cone Crusher
Alat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
- standart crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan yang berukuran kasar
- short head crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan berukuran halus
b. Telsmith Gyrasphere Crusher
Crushing head dari alat ini berbentuk bulat (sphere) yang terbuat dari baja dengan cutter shell bergerak naik turun. Dalan cone crusher crushing head adalah rata dan perbandingan antara tinggi dengan diameternya 1 : 3. Unpan dari cone crusher harus dalam keadaan kering karena jika basah akan mengakibatkan choking.
4. Hammer Mill
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil produk dari primary crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan adalah kurang dari satu inch. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang berbeda cara penghancurannya dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada hammer mill proses penghancuran menggunakan shearing stress, sedangkan pada secondary crushing lainnya menggunakan compressive stress.
5. Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam, tapi karena adnya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya maka silinder ini ikut berputar juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan arah sehingga material yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada dua macam, yaitu :
a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya satu saja, tapi ada juga yang keduanya berputar.
b. Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan porosnya patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada material yang sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan dan material itu akan jatuh.
Dari gambar diatas diketahui diameter roll (D) dan diameter material (d), gaya normal (N), gaya tangensial (T) dan resultante (R) dari gaya normal dan gaya tangensial, nip angle (n), setting (s). Jika resultan arahnya ke bawah maka material akan dapat dihancurkan karena terjepit oleh roll.
Persamaan komponen-komponen vertikal dari gaya normal dan gaya tangensial menggambarkan batas kondisi untuk crushing.
Nv = Nsin(n/2)
Tv = Tcos(n/2)
untuk Nv = Tv maka persamaan menjadi :
Nsin(n/2) = Tcos(n/2)
atau,
T/N = tan(n/2)
adalah koefisien gesek , maka agar terjadi crushing harus lebih kecil atau sama dengan .
Hubungan antara n, s, d dan D :
atau
dari hubungan formula diatas dengan koefisien gesek akan dapat menentukan diameter roller.
Contoh :
Diketahui : koefisien gesek = 0,4, mereduksi 1,5” menjadi 0,5”
Ditanya : diameter minimum roll (Dm)
Jawab : = 0,4
:
jadi :
: D = 12,5 inchi
Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter dan jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras.
Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
C = 0,0034 N x D x W x G x s
dimana :
N = jumlah putaran, rpm
D = diameter roll, inchi
W = lebar permukaan roll, inchi
G = berat jenis material
s = jarak antar roll, inchi
Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi :
a. Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh sesama material
b. Free Crushing
Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.
Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan macam reduksi yang diinginkan.
C. Fine Crushing (Grinding Mill)
Milling merupakan proses kelanjutan dari primary crushing dan secondary crushing. Proses penghancuran dalam milling menggunakan shearing stress.
Milling diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan :
1. Bentuk cell
a. Cylinder (produk yang ada masih kasar)
Contoh untuk mill bentuk silinder adalah tube mill. pada tube mill ini produktanya masih agak kasar dan dalam proses penghancurannya perlu ditambahkan air sehingga bercampurnya dengan material menjadi pulp.
b. Conical (produk halus)
Contoh untuk mill bentuk conical adalah hardinge conical mill. Produktanya halus, lebih halus daripada produkta yang dihasilkan cylinder mill. Untuk akhir penghancuran memerlukan bola baja dengan diameter 2 – 3 inchi. Jumlah bola-bola baja dalam ball mill berkisar antara 50% - 60% dari volume mill dan kadang-kadang mencapai 80%.
d. Cylindro Conical
Mill jenis ini produktanya ada yang halus dan ada yang kasar, bentuk cell merupakan penggabungan antara bentuk cylinder dan conical.
2. Grinding Media
a. Ball Mill (bola-bola baja)
Contoh untuk mill ini adalah ball mill, yang telah diuraikan pada keterangan conical mill.
b. Peable Mill (batu api/flint)
c. Rod Mill (batang-batang Baja).
Grinding media pada rod mill adalah batang-batang baja, umpan yang dimasukkan ukurannya lebih kecil dari ¾ inchi dan produktanya berukuran -14 sampai -18 mesh. Umpan berukuran kecil, karena bila materialnya terlalu besar maka akan menimbulkan cataracting akibatnya batangan baja akan patah.
Dengan adanya rod maka tidak akan mengalami over grinding, hal ini karena rod tersebut saling sejajar sehingga umpan yang telah halus tidak akan mengalami penghancuran lagi. Hal ini dapat dilihat pada distribusi partikel pada rod mill.
Pada bagian (A) terlihat penyebaran material itu teratur dari besar di sebelah kiri dan yang kecil disebelah kanan. Pada bagian (B) penyebaran partikel ini acak-acakan ada yang besar
dan ada yang kecil, tetapi di sini dapt dilihat bahwa partikel yang relatif besar saja yang mengalami penghancuran sampai akhirnya berukuran relatif sama sehingga tidak akan terjadi over grinding. Pada bagian (C) terlihat pada bagian kiri terdapat partikel yang besar (terlalu besar) sedangkan disebelah kanan partikelnya kecil. Hal ini menyebabkan timbulnya cataracting dan dapat menyebabkan patahnya rod.
3. Cara Memasukkan Umpan
a. Scoop Feeder
b. Drum Feeder
c. Scoop and Drum Feeder
Cara pemasukan umpan melalui kombinasi antara scoop dan drum.
4. Lubang Pengeluaran
a. Grate Discharge
Proses penghancurannya dilakukan dalam keadaan basah dan pada lubang pengeluaran diberi saringan sehingga diharapkan hasilnya seragam. Kelemahanya kemungkinan grinding media yang kecil menutupi lubang saringan sehingga saringan tersumbat.
b. Overflow Discharge
Mill jenis ini mirip dengan grate mill diatas, hanya saja pada mill ini tidak dilengkapi dengan saringan sehingga hasilnya tidak seragam.
5. Kecepatan Putar Cell
a. Kecepatan Kritis
Yaitu kecepatan putar cell pada operasi milling dimana pada saat itugrinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi proses abrasi maupun impact.
b. Cataracting
Adalah kecepatan putar dari cell mill dimana grinding media akan menimbukan impact yang lebih besar dibandingkan abrasi.
c. Cascading
Yaitu kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi maupun impact.
Rumus kecepatan kritis adalah sebagai berikut :
dimana :
N = putaran, rpm
D = diameter cell mill, ft
r = jari-jari mill, ft
S = diameter mill, ft
s = diameter bola baja/grimding media, ft
Setiap mill bagian dari cell dilapisi oleh liner. Hal ini berguna untuk melindungi cell agar tidak aus dan rusak, selain itu juga membantu kerja dari grinding media. Liner ini jika sudah aus harus diganti dengan yang baru agar tidak merusak bagian mill. Lapisan pengganti (liner) biasanya terbuat dari baja campuran dan terdapat dalam beberapa tipe, yaitu ; shiplap. wedge bar dan ribbed plate.
Dalam pemakaian mill perlu diperhatikan kekerasan material yang akan dihancurkan karena liner yang dipasang harus lebih keras dari material yang akan dihancurkan. Operasi mill dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka. Untuk yang tertutup biasanya diombinasikan dengan classifier. Pada operasi ini terdapat istilah-istilah sebagai berikut :
- Circulating Load Ratio
yaitu perbandingan antara material yang dikembalikan dari classifier ke mill dengan umpan yang masuk ke mill.
dimana :
d = persen berat kumulatif yang ada pada ukuran tertentu yang ada pada umpan
o = persen berat kumulatif yang ada dalam overflow pada classifier
s = persen berat kumulatif dalam underflow pada classifier
Read More
KOMINUSI
Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan bijih tersebut dari ikatnnya yang merupakan gangue mineral dengan menggunakan alat crusher atau grinding mill. Kominusi terbagi dalam 3 tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing dan fine crushing.
A. Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa bongkah-bongkah besar yang berukuran +/- 84 x 60 inchi dan produkta berukuran 4 inchi. Beberapa alat untuk primary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher
Alat ini mempunyai dua jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan yang lainnya tidak bergerak (fixed jaw). Berdasarkan porosnya jaw crusher terbagi dalam dua macam :
a. Blake Jaw Crusher, dengan poros di atas
b. Dodge Jaw Crusher, dengan poros di bawah
Perbandingan Dodge dengan Blake Jaw Crusher, yaitu :
a. Ukuran produkta pada Blake Jaw lebih heterogen dibandingkan dengan Dodge Jaw yang relatif seragam
b. Pada Blake Jaw porosnya di atas sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terkecil
c. Pada Dodge Jaw porosnya di bawah sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terbesar sehingga gaya mekanis dari Dodge Jaw lebih besar doibandingkan dengan Blake Jaw
d. Kapasitas Dodge Jaw jauh lebih kecil dari Blake Jaw pada ukuran yang sama
e. Pada Dodge Jaw sering terjadi penyumbatan
Istilah-istilah pada Jaw Crusher, antara lain :
a. Setting Block, bagian dari jaw crusher untuk mengatur agar lubang ukuran sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block dimajukan, maka jarak antara fixed jaw dengan swing jaw menjadi lebih pendek atau lebih dekat, dan sebaliknya.
b. Toggle, bagian dari jaw crusher yang berfungsi untuk mengubah gerakan naik turun menjadi maju mundur
c. Pitman, berfungsi untuk merubah gerakan berputar dari maju mundur menjadi gerakan naik turun
d. Swing Jaw, bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat gerakan atau dorongan toggle
e. Fixed Jaw, bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak/diam
f. Mouth, bagian mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai lubang penerimaan umpan
g. Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang pengeluaran
h. Gate, adalah jarak mendatar pada mouth
i. Set, adalah jarak mendatar pada throat
j. Closed Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke depan
k. Open Setting, adalah jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim ke belakang
l. Throw, selisih jarak pelemparan antara open setting dengan close setting
m. Nip Angle, sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat melalui titik singgung antara jaw dengan batuan
Khusus untuk gape adalah jarak mendatar pada mouth yang diukur pada bagian mouth dimana umpan yang dimasukkan bersinggungan dengan mouth. Jadi besarnya gape selalu berubah-ubah menurut besarnya umpan.
Pecahnya batuan dari jaw crusher karena adanya :
a. Daya tahan batuan lebih keci dari gaya yang menekan
b. Nip angle
c. Resultante gaya yang arahnya ke bawah
Gaya-gaya yang ada pada jaw crusher, adalah :
a. Gaya tekan (aksi)
b. Gaya gesek
c. Gaya gravitasi
d. Gaya yang menahan (reaksi)
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultante gaya akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi jika gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ka atas saja.
Faktor-faktor yangmempengaruhi efisiensi jaw crusher :
a. Lebar lubang bukaan
b. Variasi dari throw
c. Kecepatan
d. Ukuran umpan
e. Reduction ratio (RR)
f. Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis umpan
Reduction ratio merupakan perbandingan antar ukuran umpan dengan ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing adalah 4 – 7, sedangkan untuk secondary crushing adalah 14 – 20 dan fine crushing (mill) adalah 50 -100.
Terdapat empat macam reduction ratio, yaitu :
a. Limiting Reduction Ratio
Yaitu perbandingan antara tebal/lebar umpan dengan tebal/lebar produk
LRR = tF/tP = wF/wP
dimana :
tF = tebal umpan
tP = tebal produk
wF = lebar umpan
wP = lebar produk
b. Working Reduction Ratio
Perbandingan antara tebal partikel umpan (tF) yang terbesar dengan efective set (Se) dari crusher.
WRR = tF/Se
c. Apperent Reduction Ratio
Perbandingan antara effective gate (G) dengan effective set (So)
ARR =0,85G/So
d. Reduction Ratio 80 (R80)
Perbandingan antara lubang ayakan umpan dengan lubang ayakan produk pada kumulatif 80%.
Kapasitas jaw crusher dipengaruhi oleh :
a. Gravitasi
b. Kekerasan material
c. Keliatan material
d. Kandungan air/kelembaban
Menurut Taggart, kapasitas jaw crusher dinyatakan dalam suatu rumus empiris :
T = 0,6 LS
dimana : T = kapasitas, ton/jam
L = panjang dari lubang penerimaan
S = lebar dari lubang pengeluaran
2. Gyratory Crusher
Crusher jenis ini mempunyai kapasitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan jaw crusher. Gerakan dari gyratory crusher ini berputar dan bergoyang sehingga proses penghancuran berjalan terus menerus tanpa selang waktu. Berbeda dengan jaw crusher yang proses penghancurannya tidak continue, yaitu pada waktu swing jaw bergerak ke belakang sehingga ada material-material yang tidak mengalami penggerusan.
Macam-macam gyratory crusher :
a. Suspended Spindel Gyratory Crusher
b. Pararell Pinch Crusher
Perbedaan utama jenis ini dari suspended spindel, terletak pada gerakan crushing head-nya. Gerakan crushing head pada prarell pinch menghasilkan bentuk cone yang tajam dengan puncak dalam keadaan menggantung sehingga menghasilkan gerakan berputar yang dapat menghancurkan umpan sepanjang daerah permukaan crushing head.
Bentuk-bentuk head dan concave pada gyratory crusher adalah :
a. Straight head and concave
b. Curved head and concave
Kedua jenis head dan concave ini perbedaanya hanya pada permukaannya, yaitu yang pertama adalah rata dan yang kedua melengkung.
Kapasitas gyratory crusher lebih besar disbanding dengan jaw crusher pada ukuran umpan yang sama. Oleh Taggart, kapasitas gyratory dihitung dengan rumus :
T = 0,75So (L-G)
dimana :
T = kapasitas, ton/jam
G = gape, inch
So = open set, inch
Kapasitas gyratory crusher tergantung pada :
a. sifat alamiah material yang dihancurkan, seperti kekerasan, keliatan dan kerapuhan
b. permukaan concave dan crushing head terhadap umpan akan mempengaruhi gesekan antara material dengan bagian pemecah (concave dan head)
c. Kandungan air, seting, putaran dan gape
Perbedaan antara gyratory dan jaw crusher adalah :
a. Pemasukan umpan, jaw crusher pemasukannya tidak kontinyu sedangkan gyratory kontinyu
b. Gyratory alatnya lebih besar dan bagian-bagiannya tidak mudah dilepas
c. Kapasitas gyratory lebih besar dari jaw crusher, karena pemasukan umpan dapat kontinyu dan penghancurannya merata
d. Pemecahan pada jaw lebih banyak tekanan, tetapi pada gyratory crusher gaya geseknya lebih besar walaupun ada gaya tekannya. Pada gyratory kalau berputarnya cepat, produkta yang dihasilkan relatif kecil.
B. Secondary Crushing
Merupakan tahap penghancuran kelanjutan dari primary crushing, dimana umpan berukuran lebih kecil dari 6 inchi produkta berukuran 0.5 inchi. Beberapa alat untuk secondary crushing antara lain :
1. Jaw Crusher (kecil)
2. Gyratory Crusher (kecil)
3. Cone Crusher
Alat ini merupakan secondary crusher yang penggunaannya lebih ekonomis. Cone crusher hampir sama dengan gyratory crusher, perbedaannya terletak pada :
a. crushing surface terluar bekerja sedemikian rupa sehingga luas lubang pengeluaran dapat bertambah
b. crushing surface terluar bagian atasnya dapat diangkat sehingga material yang tidak dapat dihancurkan dapat dikeluarkan
Macam-macam cone crusher :
a. Simon Cone Crusher
Alat ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
- standart crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan yang berukuran kasar
- short head crusher type, yaitu untuk mereduksi umpan berukuran halus
b. Telsmith Gyrasphere Crusher
Crushing head dari alat ini berbentuk bulat (sphere) yang terbuat dari baja dengan cutter shell bergerak naik turun. Dalan cone crusher crushing head adalah rata dan perbandingan antara tinggi dengan diameternya 1 : 3. Unpan dari cone crusher harus dalam keadaan kering karena jika basah akan mengakibatkan choking.
4. Hammer Mill
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil produk dari primary crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan adalah kurang dari satu inch. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang berbeda cara penghancurannya dibandingkan alat secondary crushing lainnya. Pada hammer mill proses penghancuran menggunakan shearing stress, sedangkan pada secondary crushing lainnya menggunakan compressive stress.
5. Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan pada as (poros) sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam, tapi karena adnya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya maka silinder ini ikut berputar juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan arah sehingga material yang ada diatas roll akan terjepit dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada dua macam, yaitu :
a. Rigid Roll
Alat ini pada porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan patah pada poros sangat besar. Roll yang berputar hanya satu saja, tapi ada juga yang keduanya berputar.
b. Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas sehingga kemungkinan porosnya patah sangat kecil sekali. Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada material yang sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan dan material itu akan jatuh.
Dari gambar diatas diketahui diameter roll (D) dan diameter material (d), gaya normal (N), gaya tangensial (T) dan resultante (R) dari gaya normal dan gaya tangensial, nip angle (n), setting (s). Jika resultan arahnya ke bawah maka material akan dapat dihancurkan karena terjepit oleh roll.
Persamaan komponen-komponen vertikal dari gaya normal dan gaya tangensial menggambarkan batas kondisi untuk crushing.
Nv = Nsin(n/2)
Tv = Tcos(n/2)
untuk Nv = Tv maka persamaan menjadi :
Nsin(n/2) = Tcos(n/2)
atau,
T/N = tan(n/2)
adalah koefisien gesek , maka agar terjadi crushing harus lebih kecil atau sama dengan .
Hubungan antara n, s, d dan D :
atau
dari hubungan formula diatas dengan koefisien gesek akan dapat menentukan diameter roller.
Contoh :
Diketahui : koefisien gesek = 0,4, mereduksi 1,5” menjadi 0,5”
Ditanya : diameter minimum roll (Dm)
Jawab : = 0,4
:
jadi :
: D = 12,5 inchi
Kapasitas roller tergantung pada kecepatan roler, lebar permukaan roller, diameter dan jarak antara roller yang satu dengan lainnya. Roller biasanya digunakan untuk batuan lunak seperti shale, lempung dan material lengket sampai setengah keras.
Kapasitas roller dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
C = 0,0034 N x D x W x G x s
dimana :
N = jumlah putaran, rpm
D = diameter roll, inchi
W = lebar permukaan roll, inchi
G = berat jenis material
s = jarak antar roll, inchi
Hancurnya material dalam roll crushing dibedakan menjadi :
a. Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll tetapi juga aoleh sesama material
b. Free Crushing
Yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.
Kecepatan crushing tergantung pada kecepatan pemberian umpan (feed rate) dan macam reduksi yang diinginkan.
C. Fine Crushing (Grinding Mill)
Milling merupakan proses kelanjutan dari primary crushing dan secondary crushing. Proses penghancuran dalam milling menggunakan shearing stress.
Milling diklasifikasikan menjadi beberapa macam berdasarkan :
1. Bentuk cell
a. Cylinder (produk yang ada masih kasar)
Contoh untuk mill bentuk silinder adalah tube mill. pada tube mill ini produktanya masih agak kasar dan dalam proses penghancurannya perlu ditambahkan air sehingga bercampurnya dengan material menjadi pulp.
b. Conical (produk halus)
Contoh untuk mill bentuk conical adalah hardinge conical mill. Produktanya halus, lebih halus daripada produkta yang dihasilkan cylinder mill. Untuk akhir penghancuran memerlukan bola baja dengan diameter 2 – 3 inchi. Jumlah bola-bola baja dalam ball mill berkisar antara 50% - 60% dari volume mill dan kadang-kadang mencapai 80%.
d. Cylindro Conical
Mill jenis ini produktanya ada yang halus dan ada yang kasar, bentuk cell merupakan penggabungan antara bentuk cylinder dan conical.
2. Grinding Media
a. Ball Mill (bola-bola baja)
Contoh untuk mill ini adalah ball mill, yang telah diuraikan pada keterangan conical mill.
b. Peable Mill (batu api/flint)
c. Rod Mill (batang-batang Baja).
Grinding media pada rod mill adalah batang-batang baja, umpan yang dimasukkan ukurannya lebih kecil dari ¾ inchi dan produktanya berukuran -14 sampai -18 mesh. Umpan berukuran kecil, karena bila materialnya terlalu besar maka akan menimbulkan cataracting akibatnya batangan baja akan patah.
Dengan adanya rod maka tidak akan mengalami over grinding, hal ini karena rod tersebut saling sejajar sehingga umpan yang telah halus tidak akan mengalami penghancuran lagi. Hal ini dapat dilihat pada distribusi partikel pada rod mill.
Pada bagian (A) terlihat penyebaran material itu teratur dari besar di sebelah kiri dan yang kecil disebelah kanan. Pada bagian (B) penyebaran partikel ini acak-acakan ada yang besar
dan ada yang kecil, tetapi di sini dapt dilihat bahwa partikel yang relatif besar saja yang mengalami penghancuran sampai akhirnya berukuran relatif sama sehingga tidak akan terjadi over grinding. Pada bagian (C) terlihat pada bagian kiri terdapat partikel yang besar (terlalu besar) sedangkan disebelah kanan partikelnya kecil. Hal ini menyebabkan timbulnya cataracting dan dapat menyebabkan patahnya rod.
3. Cara Memasukkan Umpan
a. Scoop Feeder
b. Drum Feeder
c. Scoop and Drum Feeder
Cara pemasukan umpan melalui kombinasi antara scoop dan drum.
4. Lubang Pengeluaran
a. Grate Discharge
Proses penghancurannya dilakukan dalam keadaan basah dan pada lubang pengeluaran diberi saringan sehingga diharapkan hasilnya seragam. Kelemahanya kemungkinan grinding media yang kecil menutupi lubang saringan sehingga saringan tersumbat.
b. Overflow Discharge
Mill jenis ini mirip dengan grate mill diatas, hanya saja pada mill ini tidak dilengkapi dengan saringan sehingga hasilnya tidak seragam.
5. Kecepatan Putar Cell
a. Kecepatan Kritis
Yaitu kecepatan putar cell pada operasi milling dimana pada saat itugrinding media menempel pada dinding cell sehingga tidak terjadi proses abrasi maupun impact.
b. Cataracting
Adalah kecepatan putar dari cell mill dimana grinding media akan menimbukan impact yang lebih besar dibandingkan abrasi.
c. Cascading
Yaitu kecepatan putar pada cell mill pada operasi milling yang mengakibatkan grinding media lebih dominan bekerja secara abrasi maupun impact.
Rumus kecepatan kritis adalah sebagai berikut :
dimana :
N = putaran, rpm
D = diameter cell mill, ft
r = jari-jari mill, ft
S = diameter mill, ft
s = diameter bola baja/grimding media, ft
Setiap mill bagian dari cell dilapisi oleh liner. Hal ini berguna untuk melindungi cell agar tidak aus dan rusak, selain itu juga membantu kerja dari grinding media. Liner ini jika sudah aus harus diganti dengan yang baru agar tidak merusak bagian mill. Lapisan pengganti (liner) biasanya terbuat dari baja campuran dan terdapat dalam beberapa tipe, yaitu ; shiplap. wedge bar dan ribbed plate.
Dalam pemakaian mill perlu diperhatikan kekerasan material yang akan dihancurkan karena liner yang dipasang harus lebih keras dari material yang akan dihancurkan. Operasi mill dapat dilakukan secara tertutup maupun terbuka. Untuk yang tertutup biasanya diombinasikan dengan classifier. Pada operasi ini terdapat istilah-istilah sebagai berikut :
- Circulating Load Ratio
yaitu perbandingan antara material yang dikembalikan dari classifier ke mill dengan umpan yang masuk ke mill.
dimana :
d = persen berat kumulatif yang ada pada ukuran tertentu yang ada pada umpan
o = persen berat kumulatif yang ada dalam overflow pada classifier
s = persen berat kumulatif dalam underflow pada classifier
Read More
Pendahuluan PBG
BAB I
PENDAHULUAN
Bahan Galian digunakan sebagai salah satu baku dalam suatu industri, dengan persyaratan tertentu. Untuk itu harus dilakukan pengolahan sebelum dipergunakan.
A. Macam Bahan Galian
Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas :
1. Bahan Galian Logam/Bijih/Ore
Dari pengolahan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah putih, besi, tembaga, nikel, emas, perak, dll.
Pengolahan tahap pertama biasanya disebut dengan Ore Dressing karena yang diolah adalah ore/bijih, disebut juga Mineral Processing karena hasil dari proses masih berupa mineral, dan disebut juga sebagai Unit Operation karena proses ini berdasarkan sifat mineralnya.
2. Bahan Galian Energi
Merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi, seperti minyak bumi dan batubara. Agar batubara dapat memenuhi kriteria pasar maka harus dilakukan pengolahan dengan pencucian.
3. Bahan Galian Industri
Merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti : Asbes, aspal, bentonit, batugamping, batupasir dll. Untuk pengolahan dilakukan peremukan, penggilingan , pengayakan maupun klasifikasi. Untuk pengotor bersifat logam dilakukan dengan Flotasi atau Magnetic Separator.
B. Definisi Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian merupakan proses pemisahan mineral berharga dari mineral tidak berharga (gangue), yang dilakukan secara mekanis, menghasilkanproduk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan produk yang mineralnya berkadar rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan atas sifat fisik mineral maupun sifat kimia fisika permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan.
Keuntungan dari Pengolahan Bahan Galian adalah :
1. Secara Ekonomis
a. Mengurangi ongkos angkut tiap ton logam dari lokasi penambangan ke pabrik pengolahan, karena sebagian mineral tidak berharga (waste mineral) telah terbuang selama proses pengolahan dan kadar bijih sudah ditingkatkan.
b. Mengurangi jumlah Flux yang ditambahkan dalam peleburan serta mengurangi metal yang hilang bersama Slag.
c. Mengurangi biaya peleburan tiap ton logam yang dihasilkan, sebab dalam peleburan tonase logan yang dihasilkan lebih banyak (dalam waktu yang sama) bila dibandingkan dengan peleburan tanpa diawali dengan Pengolahan Bahan Galian.
2. Secara Teknis
a. Pengolahan Bahan Galian akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk mengambil metalnya.
b. Ada kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada kemungkinan dapat diambil logam yang lain sebagai hasil sampingan.
C. Studi Bahan Baku
Proses Pengolahan Bahan Galian merupaka jembatan antara penambangan dengan eksstaksi logam (metallurgi ekstraksi). Karena Pengolahan Bahan Galian mendasarkan atas sifat fisik mineral, maka informasi mengenai mineral yang terkandung dalam bahan galian sangan diperlukan, misalnya :
1. Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian
2. Kadar masing-masing mineral
3. Besar kecilnya ukuran (distribusi ukuran)
4. Derajat liberasi (kebebasan) dari mineral
Derajat Liberasi adalah perbandingan antara mineral yang terliberasi sempurana dengan jumlah mineral yang sama keseluruhan.
5. Sifat fisik mineral, antara lain :
a. Hardness (kekerasan), Structure dan Fracture
Sifat ini diperlukan dalam menentukan alat penghancur
b. Ikatan mineral dan besar kecilnya kristal
Berkaitan dengan derajat liberasi. Semakin tinggi derajat liberasi akan semakin sempurna proses pengolahan
c. Warna dan Kilap
Berkaitan dengan proses pengolahan secara hand sortng/hand picking, yaitu pemisahan yang dilakukan secara manual (tangan biasa)
d. Spesific Grafity (SG)
Berkaitan dengan pengolahan konsentrasi gravitasi
e. Magnetic Suceptibility (sifat kemagnetan)
Berkaitan dengan pengolahan Magnetic Separator
f. Electro Conductivity (daya hantar listrik)
Berkaitan dengan pengolahan Electristatic Separation atau High Tension Separation
g. Sifat permukaan (senang tidaknya terhadap udara)
Berkaitan dengan pengolahan Flotasi
D. Tahapan Pengolahan Bahan Galian
Dalam kegiatan Pengolahan Bahan Galian terdapat beberapa tahap yang dilakukan, yaitu :
1. Preparasi
a. Kominusi
Adalah proses meredksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing (peremukan) untuk proses kering, sedangkan grinding (penggilingan) digunakan untuk proses basah dan kering. Selain untuk mereduksi ukuran butir, kominusi juga untuk meliberasi bijih, yaitu proses melepaskan mineral bijih dari ikatannya yang merupakan gangue mineral. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah crusher dan grinding mill.
b. Sizing
Merupakan pengelompokan mineral yang dilakikan dengan cara :
- Screening
Adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya seragam. Alat yang digunakan disebut screen
- Classsfying
Adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara) sehingga hasilnya tidak seragam. Alat yang dipergunakan adalah classifier. Kecepatan jatuh mineral dipengaruhi oleh ; SG, volume dan bentuk mineral.
2. Konsentrasi
Merupakan proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tidak berharga sehingga didapat kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan. Ada beberapa cara pemisahan yang mendasarkan sifat fisik mineral, diantaranya adalah :
a. Warna, Kilap, Bentuk Kristal
Konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand picking)
b. Spesific Gravity (Gravity Concentration)
adalah konsentrasi berdasarkan berat jenis material. Oleh karena itu untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses konsentrasi gravimetri, harus di cek harga kriteria konsentrasinya.
Kriteria Konsentrasi (KK)= (SG mineral berat- SG media)/(SG mineral ringan - SG Media
Bila KK > 2,5 atau harganya negatif, maka antar mineral berat dengan mineral ringan dalam bahan galian mudah untuk dipisahkan secara konsentrasi gravimetri.
Bila KK = 1,75, maka pemisahan dapat berjalan baik manakala ukuran butirnya 60# - 100#
Bila KK = 1,50, agak sulit dipisahkan, namum dapat dilakukan pemisahan bila ukurannya 10#
Bila KK <= 1,0, maka minerl sulit dilakukan pemisahan dengan konsentrasi gravimetri.
Gravimetri concentration ada tiga macam, yaitu :
- Flowing Film Concentration
Merupakan proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan adalah :
- Shaking Table (meja goyang)
- Humphrey Spiral
- Sluice Box (palong)
- Log Washer
Gaya-gaya yang berpengaruh dalam flowing film concentration adalah :
- Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat
- Gaya dorong air terhadap partikel
- Gaya gravitasi
- Gaya sentripetal
- Vertical Flowing Concentration (aliran air vertikal)
Merupakan proses konsentrasi mendasarkan pada aliran air ke atas. Pemisahan pada jig terjadi karena perbedaan SG, yang mana tiap mineral akan mengalami tiga peristiwa, yaitu ; hindered settling, differential acceleration dan consolidation trickling. Agar proses pemisahan continue diperlukan adanya suction dan pulsion, dimana pada waktu terjadi suction diperlukan under water agar besarnya suction tereliminir.
Jig dibagi beberapa macam, yaitu :
- berdasarkan atas screen/sieve, movable sieve jig dan fixed sieve jig
- berdasarkan penimbul suction dan pulsion, plunger, diaphragma, pulsator dan air pulsator
- SG Heavy Media Density
Adalah pemisahan berdasarkan SG cairan media dan SG mineral. Sebagai media adalah cairan berat yang pada umumnya tidak bereaksi langsung dengan material yang akan dipisahkan. Ada dua proses, yaitu heavy media separation dan heavy liquid separation.
Media heavy media separation berupa suspensi atau pseudo liquid yang merupakan campuran antara :
- magnetic (SG = 5,1) dan air (H2O)
- ferro silicon (SG = 6,7 – 6,9) dengan komposisi 82% Fe dan 1,5% Si
Media heavy liwuid separation adalah cairan dengan berat jenis yang besarnya kecil, biasanya cairan organik.
- tetra bromethane (C2H2Br4) SG = 2,96
- ethylene dibromide (C2H4Br2) SG = 2,17
c. Magnetic Susceptibility (sifat kemagnetan)
Setiap mineral mempunyai sifat kemagnitan yang berbeda, yaitu ada yang kuat, lemah bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic separator. Alat ini bekerja berdasarkan pada kuat lemahnya mineral tersebut tertarik oleh magnet sehingga dapat terpisah antara mineral magnetik dan non magnetik. Pemisahan dapat dilakukan dalam keadaan kering atau basah.
d. Electric Conductivity (daya hantar listrik)
Mineral memiliki sifat konduktor dan non konduktor. Untuk memisahkan mineral jenis ini digunakan alat yang disebut high tension separator atau electrostatic separator dan hasilnya berupa mineral konduktor dan non konduktor. Proses selalu dalam keadaan kering.
e. Sifat permukaan mineral
Permukaan mineral ada yang bersifat senang dan tidak senang terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan menempel pada gelembung udara sedangkan mineral yang senagn terhadap air tidak akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara diperlukan suatu reagent kimia. Biasanya ada tiga reagent kimia yang ditambahkan, yaitu ; collector, modifier dan frother. Reagent ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral). Dengan memberikan gelembung udara maka mineral akan terpisah, sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini disebut flotasi.
3. Dewatering
Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak dapat dilakukan sekaligus tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan cara :
a. Thickening
Yaitu proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu pulp. Alat yang digunakan adalah thickener, yang mana alat ini mencapai % solid sebesar 50% (solid factor = 1)
b. Filtrasi
Adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan dengan cara menyaring (dengan filter) sehingga didapatkan solid factor sama dengan empat (persen solid = 80%)
c. Drying
Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara pemanasan sehingga padatan benar-benar bebas dari cairan (% solid = 100%)
E. Material Balance dan Metallurgical Balance
MaterialBalance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar.
F = C + T
Keterangan :
F = Berat material umpan/Feed (ton)
C = Berat konsentrat (ton)
T = Berat tailing (ton)
Metallurgical Balance adalah neraca kesetimbangan material bijih dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan produk dengan kadarnya.
Ff = Cc + Tt
Keterangan :
Ff = Kadar umpan (%)
Cc = Kadar konsentrat (%)
Tt = Kadar tailing (%)
1. Nisbah Konsentrasi
Adalah perbandingan berat feed dengan berat konsentrat.
K = F/C
K = (C-t)/(F-t)
Berasal dari :
Ff = Cc + Tt
Ft = Ct + Tt
F(f-t) = C (c-t)
F/C = (c-t)/(f-t)
2. Angka Perolehan (% Recovery)
Adalah perbandingan antara logam berharga dalam konsentrat dengan berat logam berharga dalam umpan yang dinyatakan dalam persen (%).
R = (Cc/Ff)x100%
R = (cx(f-t)/fx(c-t))x100%
R = cC/fF = c1/fK = (cx(f-t)/fx(c-t)
Read More
PENDAHULUAN
Bahan Galian digunakan sebagai salah satu baku dalam suatu industri, dengan persyaratan tertentu. Untuk itu harus dilakukan pengolahan sebelum dipergunakan.
A. Macam Bahan Galian
Bahan galian menurut pemanfaatannya dikelompokkan atas :
1. Bahan Galian Logam/Bijih/Ore
Dari pengolahan dapat diambil dan dimanfaatkan logamnya, seperti timah putih, besi, tembaga, nikel, emas, perak, dll.
Pengolahan tahap pertama biasanya disebut dengan Ore Dressing karena yang diolah adalah ore/bijih, disebut juga Mineral Processing karena hasil dari proses masih berupa mineral, dan disebut juga sebagai Unit Operation karena proses ini berdasarkan sifat mineralnya.
2. Bahan Galian Energi
Merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk energi, seperti minyak bumi dan batubara. Agar batubara dapat memenuhi kriteria pasar maka harus dilakukan pengolahan dengan pencucian.
3. Bahan Galian Industri
Merupakan bahan galian yang dimanfaatkan untuk industri, seperti : Asbes, aspal, bentonit, batugamping, batupasir dll. Untuk pengolahan dilakukan peremukan, penggilingan , pengayakan maupun klasifikasi. Untuk pengotor bersifat logam dilakukan dengan Flotasi atau Magnetic Separator.
B. Definisi Pengolahan Bahan Galian
Pengolahan Bahan Galian merupakan proses pemisahan mineral berharga dari mineral tidak berharga (gangue), yang dilakukan secara mekanis, menghasilkanproduk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan produk yang mineralnya berkadar rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan atas sifat fisik mineral maupun sifat kimia fisika permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan.
Keuntungan dari Pengolahan Bahan Galian adalah :
1. Secara Ekonomis
a. Mengurangi ongkos angkut tiap ton logam dari lokasi penambangan ke pabrik pengolahan, karena sebagian mineral tidak berharga (waste mineral) telah terbuang selama proses pengolahan dan kadar bijih sudah ditingkatkan.
b. Mengurangi jumlah Flux yang ditambahkan dalam peleburan serta mengurangi metal yang hilang bersama Slag.
c. Mengurangi biaya peleburan tiap ton logam yang dihasilkan, sebab dalam peleburan tonase logan yang dihasilkan lebih banyak (dalam waktu yang sama) bila dibandingkan dengan peleburan tanpa diawali dengan Pengolahan Bahan Galian.
2. Secara Teknis
a. Pengolahan Bahan Galian akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk mengambil metalnya.
b. Ada kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral berharga, maka ada kemungkinan dapat diambil logam yang lain sebagai hasil sampingan.
C. Studi Bahan Baku
Proses Pengolahan Bahan Galian merupaka jembatan antara penambangan dengan eksstaksi logam (metallurgi ekstraksi). Karena Pengolahan Bahan Galian mendasarkan atas sifat fisik mineral, maka informasi mengenai mineral yang terkandung dalam bahan galian sangan diperlukan, misalnya :
1. Macam dan komposisi mineral dalam bahan galian
2. Kadar masing-masing mineral
3. Besar kecilnya ukuran (distribusi ukuran)
4. Derajat liberasi (kebebasan) dari mineral
Derajat Liberasi adalah perbandingan antara mineral yang terliberasi sempurana dengan jumlah mineral yang sama keseluruhan.
5. Sifat fisik mineral, antara lain :
a. Hardness (kekerasan), Structure dan Fracture
Sifat ini diperlukan dalam menentukan alat penghancur
b. Ikatan mineral dan besar kecilnya kristal
Berkaitan dengan derajat liberasi. Semakin tinggi derajat liberasi akan semakin sempurna proses pengolahan
c. Warna dan Kilap
Berkaitan dengan proses pengolahan secara hand sortng/hand picking, yaitu pemisahan yang dilakukan secara manual (tangan biasa)
d. Spesific Grafity (SG)
Berkaitan dengan pengolahan konsentrasi gravitasi
e. Magnetic Suceptibility (sifat kemagnetan)
Berkaitan dengan pengolahan Magnetic Separator
f. Electro Conductivity (daya hantar listrik)
Berkaitan dengan pengolahan Electristatic Separation atau High Tension Separation
g. Sifat permukaan (senang tidaknya terhadap udara)
Berkaitan dengan pengolahan Flotasi
D. Tahapan Pengolahan Bahan Galian
Dalam kegiatan Pengolahan Bahan Galian terdapat beberapa tahap yang dilakukan, yaitu :
1. Preparasi
a. Kominusi
Adalah proses meredksi ukuran butir sehingga menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Hal ini dapat dilakukan dengan crushing (peremukan) untuk proses kering, sedangkan grinding (penggilingan) digunakan untuk proses basah dan kering. Selain untuk mereduksi ukuran butir, kominusi juga untuk meliberasi bijih, yaitu proses melepaskan mineral bijih dari ikatannya yang merupakan gangue mineral. Alat yang digunakan dalam proses ini adalah crusher dan grinding mill.
b. Sizing
Merupakan pengelompokan mineral yang dilakikan dengan cara :
- Screening
Adalah pemisahan butir mineral berdasarkan lubang ayakan sehingga hasilnya seragam. Alat yang digunakan disebut screen
- Classsfying
Adalah pemisahan butir mineral yang mendasarkan pada kecepatan jatuhnya material dalam suatu media (air atau udara) sehingga hasilnya tidak seragam. Alat yang dipergunakan adalah classifier. Kecepatan jatuh mineral dipengaruhi oleh ; SG, volume dan bentuk mineral.
2. Konsentrasi
Merupakan proses pemisahan antara mineral berharga dengan mineral tidak berharga sehingga didapat kadar yang lebih tinggi dan menguntungkan. Ada beberapa cara pemisahan yang mendasarkan sifat fisik mineral, diantaranya adalah :
a. Warna, Kilap, Bentuk Kristal
Konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand picking)
b. Spesific Gravity (Gravity Concentration)
adalah konsentrasi berdasarkan berat jenis material. Oleh karena itu untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses konsentrasi gravimetri, harus di cek harga kriteria konsentrasinya.
Kriteria Konsentrasi (KK)= (SG mineral berat- SG media)/(SG mineral ringan - SG Media
Bila KK > 2,5 atau harganya negatif, maka antar mineral berat dengan mineral ringan dalam bahan galian mudah untuk dipisahkan secara konsentrasi gravimetri.
Bila KK = 1,75, maka pemisahan dapat berjalan baik manakala ukuran butirnya 60# - 100#
Bila KK = 1,50, agak sulit dipisahkan, namum dapat dilakukan pemisahan bila ukurannya 10#
Bila KK <= 1,0, maka minerl sulit dilakukan pemisahan dengan konsentrasi gravimetri.
Gravimetri concentration ada tiga macam, yaitu :
- Flowing Film Concentration
Merupakan proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya melalui aliran fluida yang tipis. Alat yang dipergunakan adalah :
- Shaking Table (meja goyang)
- Humphrey Spiral
- Sluice Box (palong)
- Log Washer
Gaya-gaya yang berpengaruh dalam flowing film concentration adalah :
- Gaya gesek antara partikel dengan dasar alat
- Gaya dorong air terhadap partikel
- Gaya gravitasi
- Gaya sentripetal
- Vertical Flowing Concentration (aliran air vertikal)
Merupakan proses konsentrasi mendasarkan pada aliran air ke atas. Pemisahan pada jig terjadi karena perbedaan SG, yang mana tiap mineral akan mengalami tiga peristiwa, yaitu ; hindered settling, differential acceleration dan consolidation trickling. Agar proses pemisahan continue diperlukan adanya suction dan pulsion, dimana pada waktu terjadi suction diperlukan under water agar besarnya suction tereliminir.
Jig dibagi beberapa macam, yaitu :
- berdasarkan atas screen/sieve, movable sieve jig dan fixed sieve jig
- berdasarkan penimbul suction dan pulsion, plunger, diaphragma, pulsator dan air pulsator
- SG Heavy Media Density
Adalah pemisahan berdasarkan SG cairan media dan SG mineral. Sebagai media adalah cairan berat yang pada umumnya tidak bereaksi langsung dengan material yang akan dipisahkan. Ada dua proses, yaitu heavy media separation dan heavy liquid separation.
Media heavy media separation berupa suspensi atau pseudo liquid yang merupakan campuran antara :
- magnetic (SG = 5,1) dan air (H2O)
- ferro silicon (SG = 6,7 – 6,9) dengan komposisi 82% Fe dan 1,5% Si
Media heavy liwuid separation adalah cairan dengan berat jenis yang besarnya kecil, biasanya cairan organik.
- tetra bromethane (C2H2Br4) SG = 2,96
- ethylene dibromide (C2H4Br2) SG = 2,17
c. Magnetic Susceptibility (sifat kemagnetan)
Setiap mineral mempunyai sifat kemagnitan yang berbeda, yaitu ada yang kuat, lemah bahkan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang berbeda-beda itulah mineral dapat dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic separator. Alat ini bekerja berdasarkan pada kuat lemahnya mineral tersebut tertarik oleh magnet sehingga dapat terpisah antara mineral magnetik dan non magnetik. Pemisahan dapat dilakukan dalam keadaan kering atau basah.
d. Electric Conductivity (daya hantar listrik)
Mineral memiliki sifat konduktor dan non konduktor. Untuk memisahkan mineral jenis ini digunakan alat yang disebut high tension separator atau electrostatic separator dan hasilnya berupa mineral konduktor dan non konduktor. Proses selalu dalam keadaan kering.
e. Sifat permukaan mineral
Permukaan mineral ada yang bersifat senang dan tidak senang terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap udara akan menempel pada gelembung udara sedangkan mineral yang senagn terhadap air tidak akan menempel pada gelembung udara. Untuk mengubah agar mineral yang senang terhadap air menjadi senang terhadap udara diperlukan suatu reagent kimia. Biasanya ada tiga reagent kimia yang ditambahkan, yaitu ; collector, modifier dan frother. Reagent ini hanya menyelimuti permukaan mineral itu saja (tidak bereaksi dengan mineral). Dengan memberikan gelembung udara maka mineral akan terpisah, sehingga antara mineral yang dikehendaki dengan yang tidak dikehendaki dapat dipisahkan. Proses pemisahan semacam ini disebut flotasi.
3. Dewatering
Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini tidak dapat dilakukan sekaligus tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan cara :
a. Thickening
Yaitu proses pemisahan antara padatan dengan cairan yang mendasarkan atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam suatu pulp. Alat yang digunakan adalah thickener, yang mana alat ini mencapai % solid sebesar 50% (solid factor = 1)
b. Filtrasi
Adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan dengan cara menyaring (dengan filter) sehingga didapatkan solid factor sama dengan empat (persen solid = 80%)
c. Drying
Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan cara pemanasan sehingga padatan benar-benar bebas dari cairan (% solid = 100%)
E. Material Balance dan Metallurgical Balance
MaterialBalance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar.
F = C + T
Keterangan :
F = Berat material umpan/Feed (ton)
C = Berat konsentrat (ton)
T = Berat tailing (ton)
Metallurgical Balance adalah neraca kesetimbangan material bijih dimana berat bijih umpan yang masuk dengan kadarnya akan sama dengan produk dengan kadarnya.
Ff = Cc + Tt
Keterangan :
Ff = Kadar umpan (%)
Cc = Kadar konsentrat (%)
Tt = Kadar tailing (%)
1. Nisbah Konsentrasi
Adalah perbandingan berat feed dengan berat konsentrat.
K = F/C
K = (C-t)/(F-t)
Berasal dari :
Ff = Cc + Tt
Ft = Ct + Tt
F(f-t) = C (c-t)
F/C = (c-t)/(f-t)
2. Angka Perolehan (% Recovery)
Adalah perbandingan antara logam berharga dalam konsentrat dengan berat logam berharga dalam umpan yang dinyatakan dalam persen (%).
R = (Cc/Ff)x100%
R = (cx(f-t)/fx(c-t))x100%
R = cC/fF = c1/fK = (cx(f-t)/fx(c-t)
Read More
Senin, 08 Februari 2010
PUISI
KEMBALIKAN CINTAMU UNTUK QUE
Malam ini harus ku akui bahwa aku begitu merindukan mu
Mengharapkan kehadiran mu di sisi ku
Entah kenapa????
Rasa itu tiba-tiba ada menemani ku bersama ribuan bintang
Ku coba tatap langit yang tampak terang
Mencari nama mu yang terukir di jajaran bintang
Menyatukan impian ku dan impian mu
Bersatu dalam khayalan membentuk satu bintang paling terang
Aku tetap berdiri di sini
Sampai cintamu dan hati ku melebur jadi Satu
Dan ku biarkan angin dingin masuk
Berhembus menyerbu seluruh jiwa ku
Aku rela beku untuk kembalian cintamu pada ku.
Created by:
Sc 23-10-89
Read More
Malam ini harus ku akui bahwa aku begitu merindukan mu
Mengharapkan kehadiran mu di sisi ku
Entah kenapa????
Rasa itu tiba-tiba ada menemani ku bersama ribuan bintang
Ku coba tatap langit yang tampak terang
Mencari nama mu yang terukir di jajaran bintang
Menyatukan impian ku dan impian mu
Bersatu dalam khayalan membentuk satu bintang paling terang
Aku tetap berdiri di sini
Sampai cintamu dan hati ku melebur jadi Satu
Dan ku biarkan angin dingin masuk
Berhembus menyerbu seluruh jiwa ku
Aku rela beku untuk kembalian cintamu pada ku.
Created by:
Sc 23-10-89
Read More
MAKALAH PELEDAKAN
PERALATAN PELEDAKAN
Peralatan merupakan alat-alat yang diperlukan untuk menguji dan menyalakan rangkaian peledakan sehingga alat tersebut dapat dipakai berulang-ulang. Peralatan peledakan antara lain :
1. Blasting Detonator
Mechanical Device; Blasting Detonator, Reliable, No 3, Plunger Type, 16 inch. Digunakan untuk memicu terjadinya ledakan, dioprasikan secara manual oleh juru peledakan diluar areal radius peledakan, terhubung langsung dengan bahan peledak melalui kabel.
2. Blasting Wire
Specification:0.15mm-6.0mmTensilestrength:340-500N/mm, Elongation:>15%zinc coating:30-366g/m2packing:1kg-800kg,both spool-type Digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari switch detonator ke bahan peledak.
PERLENGKAPAN PELEDAKAN
Perlengkapan peledakan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan, namun penggunaannya hanya bias digunakan untuk satu kali kegiatan peledakan, biasanya perlengkapan ini akan hancur/diledakkan :
1. Bulk Anfo
Merupakan campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94,3% AN dan 5,7% FO akan menghasilkan zero oxygen balanced dengan energi panas sekitar 3800 joules/gr handak . Overfueled dengan 92% AN dan 8% FO akan menurunkan energi 6% dan menghasilkan gas CO yang berbahaya. Under fueled dengan 96% AN dan 4% FO menurunkan energi 18% dan menghasilkan gas NO2. Memiliki Ukuran partikel AN antara 1 – 2 mm.
2. Anfo
a. Densitas:
• Poured (gr/cc) 0,80 – 0,85
• Blow Loaded (gr/cc) 0,85 – 0,95
b. Energi (MJ/kg): 3,7
c. RWS (%): 100 ® (373 kj/gr)
d. RBS:
• Poured (%) 100 ® (317 kj/cc)
• Blow Loaded (%) 116
e. Diameter lubang ledak min.:
• Poured (mm) 75
• Blow Loaded (mm) 25
f. Ketahanan terhadap. Air :buruk
g. Shelf Life:
• Maks. 6 bulan tergantung temperatur dan kelembaban gudang
• Gudang yang bersuhu dan kelembaban tinggi akan ANFO rusak, ditandai dgn pengerasan atau caking yg akan mengurangi kinerja peledakan
h. Waktu Tidur (Sleep Time) :
• Dalam kondisi normal kering dengan lubang tertutup stemming yang baik, ANFO dapat ditidurkan sampai 6 bulan
• Kehadiran air dalam lubang akan menurunkan secara dramatis waktu tidur
3. Detonator
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya dan diidentifikasi sbb: (dari ICI Explosive)
• . detonator No. 6 = 0,22 gr PETN
• . detonator No. 8 = 0,45 gr PETN
• . detonator No. 8* = 0,80 gr PETN
4. Bahan Peledak Nitro Gliserin
Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol, nitrocotton dan material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau sodium nitrat. Nitrogliserin merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil dan mudah meledak, sehingga pengangkutannya sangat beresiko tinggi.
Alfred Nobel yang pertama kali menemukan kiieselguhr sebagai penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan bahan peledak dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk memberikan energi yang diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya.
Bahan peledak ini mempunyai sifat plastis yang konsisten (seperti lempung atau dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi, densitas tinggi, dan ketahanan terhadap air sangat baik, sehingga dapat digunakan langsung pada lubang ledak yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas mengandung polyethylene untuk mencegah penyerapan air dari udara bebas.
Adapun kelemahan bahan peledak jenis ini adalah :
• Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik maupun pengangkutan.
• Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangat berbahaya apabila tertabrak atau tergilas oleh kendaraan.
• Membuat kepala pusing .
• Tidak dapat digunakan pada lokasi peledakan yang bertemperatur tinggi .
• Biaya pembuatan tinggi
5. Sabre
Sabre 4000 adalah peralatan khusus yang dikembangkan oleh Smiths Detection untuk mendeteksi partikel dari bahak peledak dan narkotika. Alat ini merupakan pembaharuan dari penggunaan anjing pelacak yang memiliki reliabilitas lebih rendah dan kemampuan penciuman yang terbatas. SECOM menyediakan peralatan ini juga beserta jasa operator yang bisa mengoperasikan alat dengan baik.
6. RECORDING
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO.
Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:
1. Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.
2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal analog.
3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam digital yang akan ditransfer ke LABO.
4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A / 16 Volt.
Penembakan (Shooting)
Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna, kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire, beberapa istilah misfire yang sering digunakan di lapangan:
• Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak
• Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak
• Loss wire : kabel deto tidak ditemukan
• Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah
• Line Cut : kabel terputus saat shooting
• Parity Error : instrumen problem
• No CTB : no confirmation time break
• Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan
• Reverse Polaritty : polaritas terbalik
• Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor record atau blaster)
• Dead Trace : trace mati
• Noise Trace : terdapat noise pada trace
FIELD PROCESSING
Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan sebelum dilakukan proses selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field processing adalah pada geometri penembakan dimana jika ada penembakan terdapat wrong ID, wrong coordinate, wrong spread dsb, dapat diketahui dan segera dikonfirmasikan ke Field Seismologist dan TOPO untuk dilakukan perbaikan. Proses pengolahan data seismik di lapangan biasanya hanya dilakukan sampai pada tahapan final stack tergantung dari permintaan client. Langkah-langkah yang umum dilakukan dalam memproses data seismic di lapangan adalah sebagai berikut:
Loading Tape
Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan dalam pita magnetik dalam format tertentu. Pita magnetik yang memuat data lapangan ini disebut field tape. SEG (Society of Ekploration Geophysics) telah menetukan suatu standar format penulisan data pada pita magnetic.
Geometri Up Date
Adalah proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shotpoint, koordinat X,Y,Z di permukaan, kumpulan CDP, offset terhadap shot-point, dan sebagainya.
Trace Editing
Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau memperbaiki trace atau record dari hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di lapangan.
Editing dapat dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise, terutama koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang terbalik. Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pertama membuat trace-trace yang tidak diinginkan tersebut menjadi berharga nol (EDIT) dan atau membuang / memotong bagian-bagian trace pada zona yang harus didefinisikan (MUTE).
Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh dari catatan pengamatan di lapangan (observer report) maupun dengan pengamatan dari display raw recordnya.
Koreksi Statik
Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival time bila penembakan dilakukan dengan titik tembak dan group geophone yang terletak pada bidang horizontal dan tanpa adanya lapisan lapuk. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh dari variasi topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi kecepatan pada lapisan lapuk. Suatu reflector yang datar (flat) akan terganggu oleh adanya kondisi static yang disebabkan adanya efek permukaan (near surface efects).
Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi dua bagian koreksi :
- Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)
- Koreksi Ketinggian
Amplitudo Recovery (Proses Pemulihan Amplitudo)
Proses ini bertujuan memulihkan kembali nilai amplitudo yang berkurang yang hilang akibat perambatan gelombang seismic dari sumber sampai kepenerima (geophone), sedemikian rupa sehingga pada setiap trace dikalikan dengan besaran tertentu, sehingga nilai amplitudo relatif stabil dare time break hingga kedalaman target. Pengurangan intensitas gelombang seismic ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:
- Peredaman karena melewati batuan yang kurang elastik sehingga mengabsorbsi energi gelombang.
- Adanya penyebaran energi kesegala arah (spherical spreading atau spherical divergence).
Deconvolution
Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami proses konvolusi (filtering) bumi bersikap sebagai filter terhadap energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk energi seismik (wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi amplitudonya di dalam kawasan waktu (time domain). Kalau ditinjau dalam kawasan frekuensi, tampak bahwa spektrum amplitudonya menjadi lebih sempit karena amplitudonya frekuensi tinggi diredam oleh bumi dan spektrum fasenya berubah tidak rata. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk wavelet dipertajam kembali, atau di dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya diratakan dan spektrum fase dinolkan atau diminimumkan.
Analisa Kecepatan
Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang dipakai untuk mendapatkan stacking velocity dari data seismik yang dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity Analisis diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO adalah hiperbolik. Analisa kecepatan ini sangat penting, karena dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP gather, harga kontur semblance analisis sebagai fungsi dari kecepatan NMO dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO yang akan diperoleh pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP gather titik reflektor pada offset yang berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).
Residual static
Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman pada weathering layer saat melakukan koreksi statik dan adanya sisa deviasi static pada data seismik serta Data Uphole dan First break yang sangat buruk juga dapat mempengaruhi kelurusan reflektor pada CDP gather sehingga saat stacking akan menghasilkan data yang buruk. Pada prinsipnya perhitungan residual static didasarkan pada korelasi data seismik yang telah terkoreksi NMO dengan suatu model. Dimana model ini diperoleh melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang mendefinisikan besar pergeseran time shift yang dinyatakan sebagai statik sisa yang akan diproses.
Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam suatu CDP gather, seluruh trace dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian apabila trace-trace refleksi yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap CDP-nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat dan noise akan saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang dipakai dalam proses stacking ini adalah stacking velocity. Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO.
Migrasi
Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan tahap akhir dalam metode Post Stack Time Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-event data pada section seismic ke posisi yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pemantulan pada CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring maka letak titik-titik CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik reflektor tersebut keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.
Read More
Peralatan merupakan alat-alat yang diperlukan untuk menguji dan menyalakan rangkaian peledakan sehingga alat tersebut dapat dipakai berulang-ulang. Peralatan peledakan antara lain :
1. Blasting Detonator
Mechanical Device; Blasting Detonator, Reliable, No 3, Plunger Type, 16 inch. Digunakan untuk memicu terjadinya ledakan, dioprasikan secara manual oleh juru peledakan diluar areal radius peledakan, terhubung langsung dengan bahan peledak melalui kabel.
2. Blasting Wire
Specification:0.15mm-6.0mmTensilestrength:340-500N/mm, Elongation:>15%zinc coating:30-366g/m2packing:1kg-800kg,both spool-type Digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari switch detonator ke bahan peledak.
PERLENGKAPAN PELEDAKAN
Perlengkapan peledakan adalah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam kegiatan, namun penggunaannya hanya bias digunakan untuk satu kali kegiatan peledakan, biasanya perlengkapan ini akan hancur/diledakkan :
1. Bulk Anfo
Merupakan campuran AN (ammonium nitrat) dan FO (solar) sebesar 94,3% AN dan 5,7% FO akan menghasilkan zero oxygen balanced dengan energi panas sekitar 3800 joules/gr handak . Overfueled dengan 92% AN dan 8% FO akan menurunkan energi 6% dan menghasilkan gas CO yang berbahaya. Under fueled dengan 96% AN dan 4% FO menurunkan energi 18% dan menghasilkan gas NO2. Memiliki Ukuran partikel AN antara 1 – 2 mm.
2. Anfo
a. Densitas:
• Poured (gr/cc) 0,80 – 0,85
• Blow Loaded (gr/cc) 0,85 – 0,95
b. Energi (MJ/kg): 3,7
c. RWS (%): 100 ® (373 kj/gr)
d. RBS:
• Poured (%) 100 ® (317 kj/cc)
• Blow Loaded (%) 116
e. Diameter lubang ledak min.:
• Poured (mm) 75
• Blow Loaded (mm) 25
f. Ketahanan terhadap. Air :buruk
g. Shelf Life:
• Maks. 6 bulan tergantung temperatur dan kelembaban gudang
• Gudang yang bersuhu dan kelembaban tinggi akan ANFO rusak, ditandai dgn pengerasan atau caking yg akan mengurangi kinerja peledakan
h. Waktu Tidur (Sleep Time) :
• Dalam kondisi normal kering dengan lubang tertutup stemming yang baik, ANFO dapat ditidurkan sampai 6 bulan
• Kehadiran air dalam lubang akan menurunkan secara dramatis waktu tidur
3. Detonator
Kekuatan ledak (strength) detonator ditentukan oleh jumlah isian dasarnya dan diidentifikasi sbb: (dari ICI Explosive)
• . detonator No. 6 = 0,22 gr PETN
• . detonator No. 8 = 0,45 gr PETN
• . detonator No. 8* = 0,80 gr PETN
4. Bahan Peledak Nitro Gliserin
Kandungan utama dari bahan peledak ini adalah nitrogliserin, nitoglikol, nitrocotton dan material selulosa. Kadang-kadang ditambah juga ammonium atau sodium nitrat. Nitrogliserin merupakan zat kimia berbentuk cair yang tidak stabil dan mudah meledak, sehingga pengangkutannya sangat beresiko tinggi.
Alfred Nobel yang pertama kali menemukan kiieselguhr sebagai penyerap nitrogliserin yang baik dan hasil campurannya itu dinamakan bahan peledak dinamit. Saat itu kandungan kiieselguhr dan NG divariasikan untuk memberikan energi yang diinginkan dan keamanan dalam pengangkutannya.
Bahan peledak ini mempunyai sifat plastis yang konsisten (seperti lempung atau dodol), berkekuatan (strength) yang tinggi, densitas tinggi, dan ketahanan terhadap air sangat baik, sehingga dapat digunakan langsung pada lubang ledak yang berair. Bahan dikemas (dibungkus) oleh kertas mengandung polyethylene untuk mencegah penyerapan air dari udara bebas.
Adapun kelemahan bahan peledak jenis ini adalah :
• Mengandung resiko kecelakaan tinggi pada saat pembuatan di pabrik maupun pengangkutan.
• Sensitif terhadap gesekan, sehingga sangat berbahaya apabila tertabrak atau tergilas oleh kendaraan.
• Membuat kepala pusing .
• Tidak dapat digunakan pada lokasi peledakan yang bertemperatur tinggi .
• Biaya pembuatan tinggi
5. Sabre
Sabre 4000 adalah peralatan khusus yang dikembangkan oleh Smiths Detection untuk mendeteksi partikel dari bahak peledak dan narkotika. Alat ini merupakan pembaharuan dari penggunaan anjing pelacak yang memiliki reliabilitas lebih rendah dan kemampuan penciuman yang terbatas. SECOM menyediakan peralatan ini juga beserta jasa operator yang bisa mengoperasikan alat dengan baik.
6. RECORDING
Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO.
Persiapan Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:
1. Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.
2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal analog.
3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam digital yang akan ditransfer ke LABO.
4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A / 16 Volt.
Penembakan (Shooting)
Saat peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna, kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire, beberapa istilah misfire yang sering digunakan di lapangan:
• Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak
• Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak
• Loss wire : kabel deto tidak ditemukan
• Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah
• Line Cut : kabel terputus saat shooting
• Parity Error : instrumen problem
• No CTB : no confirmation time break
• Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan
• Reverse Polaritty : polaritas terbalik
• Bad/No Up Hole : UpHole jelek atau tidak ada (pada monitor record atau blaster)
• Dead Trace : trace mati
• Noise Trace : terdapat noise pada trace
FIELD PROCESSING
Field processing adalah proses yang dilakukan di lapangan sebelum dilakukan proses selanjutnya di pusat. Perhatian utama di field processing adalah pada geometri penembakan dimana jika ada penembakan terdapat wrong ID, wrong coordinate, wrong spread dsb, dapat diketahui dan segera dikonfirmasikan ke Field Seismologist dan TOPO untuk dilakukan perbaikan. Proses pengolahan data seismik di lapangan biasanya hanya dilakukan sampai pada tahapan final stack tergantung dari permintaan client. Langkah-langkah yang umum dilakukan dalam memproses data seismic di lapangan adalah sebagai berikut:
Loading Tape
Data sesimik dalam teknologi masa ini selalu disimpan dalam pita magnetik dalam format tertentu. Pita magnetik yang memuat data lapangan ini disebut field tape. SEG (Society of Ekploration Geophysics) telah menetukan suatu standar format penulisan data pada pita magnetic.
Geometri Up Date
Adalah proses pendefinisian identitas setiap trace yang berhubungan dengan shotpoint, koordinat X,Y,Z di permukaan, kumpulan CDP, offset terhadap shot-point, dan sebagainya.
Trace Editing
Proses editing dan mute bertujuan untuk merubah atau memperbaiki trace atau record dari hal-hal yang tidak diinginkan yang diperoleh dari perekaman data di lapangan.
Editing dapat dilakukan pada sebagian trace yang jelek akibat dari adanya noise, terutama koheren noise, misfire, atau trace yang mati, polariti yang terbalik. Pelaksanaan pengeditan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, pertama membuat trace-trace yang tidak diinginkan tersebut menjadi berharga nol (EDIT) dan atau membuang / memotong bagian-bagian trace pada zona yang harus didefinisikan (MUTE).
Hal-hal yang perlu diedit dari suatu data dapat diperoleh dari catatan pengamatan di lapangan (observer report) maupun dengan pengamatan dari display raw recordnya.
Koreksi Statik
Tujuan koreksi statik ini adalah untuk memperoleh arrival time bila penembakan dilakukan dengan titik tembak dan group geophone yang terletak pada bidang horizontal dan tanpa adanya lapisan lapuk. Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh dari variasi topografi, tebal lapisan lapuk dan variasi kecepatan pada lapisan lapuk. Suatu reflector yang datar (flat) akan terganggu oleh adanya kondisi static yang disebabkan adanya efek permukaan (near surface efects).
Secara garis besar koreksi static ini dapat dibagi menjadi dua bagian koreksi :
- Koreksi Lapisan Lapuk (weathering layer)
- Koreksi Ketinggian
Amplitudo Recovery (Proses Pemulihan Amplitudo)
Proses ini bertujuan memulihkan kembali nilai amplitudo yang berkurang yang hilang akibat perambatan gelombang seismic dari sumber sampai kepenerima (geophone), sedemikian rupa sehingga pada setiap trace dikalikan dengan besaran tertentu, sehingga nilai amplitudo relatif stabil dare time break hingga kedalaman target. Pengurangan intensitas gelombang seismic ini disebabkan karena hal-hal sebagai berikut:
- Peredaman karena melewati batuan yang kurang elastik sehingga mengabsorbsi energi gelombang.
- Adanya penyebaran energi kesegala arah (spherical spreading atau spherical divergence).
Deconvolution
Energi getaran yang dikirim kedalam bumi mengalami proses konvolusi (filtering) bumi bersikap sebagai filter terhadap energi seismik tersebut. Akibat efek filter bumi, maka bentuk energi seismik (wavelet) yang tadinya tajam dan tinggi amplitudonya di dalam kawasan waktu (time domain). Kalau ditinjau dalam kawasan frekuensi, tampak bahwa spektrum amplitudonya menjadi lebih sempit karena amplitudonya frekuensi tinggi diredam oleh bumi dan spektrum fasenya berubah tidak rata. Dekonvolusi adalah suatu proses untuk kompensasi efek filter bumi, berarti di dalam kawasan waktu bentuk wavelet dipertajam kembali, atau di dalam kawasan frekuensi spektrum amplitudonya diratakan dan spektrum fase dinolkan atau diminimumkan.
Analisa Kecepatan
Analisa kecepatan (velocity analysis) adalah metode yang dipakai untuk mendapatkan stacking velocity dari data seismik yang dilakukan dengan menggunakan Interactive Velocity Analisis diperoleh dari kecepatan NMO dengan asumsi bahwa kurva NMO adalah hiperbolik. Analisa kecepatan ini sangat penting, karena dengan analisa kecepatan ini akan diperoleh nilai kecepatan yang cukup akurat untuk menetukan kedalaman, ketebalan, kemiringan dari suatu reflektor. Analisis kecepatan ini dilakukan dalam CDP gather, harga kontur semblance analisis sebagai fungsi dari kecepatan NMO dan CDP gather stack dengan kecepatan NMO yang akan diperoleh pada waktu analisa kecepatan. Didalam CDP gather titik reflektor pada offset yang berbeda akan berupa garis lurus (setelah koreksi NMO).
Residual static
Kesalahan perkiraan penentuan kecepatan dan kedalaman pada weathering layer saat melakukan koreksi statik dan adanya sisa deviasi static pada data seismik serta Data Uphole dan First break yang sangat buruk juga dapat mempengaruhi kelurusan reflektor pada CDP gather sehingga saat stacking akan menghasilkan data yang buruk. Pada prinsipnya perhitungan residual static didasarkan pada korelasi data seismik yang telah terkoreksi NMO dengan suatu model. Dimana model ini diperoleh melalui suatu Picking Autostatic Horizon yang mendefinisikan besar pergeseran time shift yang dinyatakan sebagai statik sisa yang akan diproses.
Stacking
Proses stacking adalah menjumlahkan seluruh komponen dalam suatu CDP gather, seluruh trace dengan koordinat midpoint yang sama dijumlahkan menjadi satu trace. Setelah semua trace dikoreksi statik dan dinamik, maka di dalam format CDP gather setiap refleksi menjadi horizontal dan noise-noisenya tidak horizontal, seperti ground roll dan multiple. Hal tersebut dikarenakan koreksi dinamik hanya untuk reflektor-reflektornya saja. Dengan demikian apabila trace-trace refleksi yang datar tersebut disuperposisikan (distack) dalam setiap CDP-nya, maka diperoleh sinyal refleksi yang akan saling memperkuat dan noise akan saling meredam sehingga S/N ratio naik. Kecepatan yang dipakai dalam proses stacking ini adalah stacking velocity. Stacking velocity adalah kecepatan yang diukur oleh hiperbola NMO.
Migrasi
Migrasi dilakukan setelah proses stacking, migrasi merupakan tahap akhir dalam metode Post Stack Time Migration yang bertujuan untuk memindahkan event-event data pada section seismic ke posisi yang sebenarnya. Dengan kata lain migrasi diperlukan karena rumusan pemantulan pemantulan pada CMP yang diturunkan berasumsi pada model lapisan datar, apabila lapisannya miring maka letak titik-titik CMP / reflektornya akan bergeser. Untuk mengembalikan titik-titik reflektor tersebut keposisi yang sebenarnya dilakukan proses migrasi.
Read More
MAKALAH MINERAL LOGAM
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan Nikel semakin meningkat disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel.
Nikel adalah bahan galian golongan A, yang dimana bahan galian yang tergolong strategis. Minyak bumi dan batubara juga sama dalam bahan galian golongan A, yang kita tahu dewasa ini bahan galian golongan A sangat dicari oleh investor – investor yang bergerak dibidang pertambangan dan usaha lainnya.
Bahan galian Nikel banyak fungsinya, salah satunya dalam pembuatan baja yang tahan karat, bisa juga dipakai sebagai alat – alat laboratorium Fisika dan Kimia, serta banyak lagi fungsi lainnya, sehingga menarik sekali untuk dikelola.
Dengan kondisi demikian maka dari pihak Universitas Kutai Kartanegara membuat salah satu Fakultas Teknik, dan dalam program studinya ada jurusan Geologi Pertambangan yang dimana ada mata kuliah yang mempelajari Mineral Logam khususnya mineral – mineral berharga salah satunya Nikel. Dengan demikian sebagai mahasiswa harus mengetahui dan mengerti mengenai bahan galian Nikel serta diharapkan bisa memanfaatkan bahan galian tersebut dan juga bisa membuka lapangan kerja baru.
I.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk menerapkan dan mengembangkan teori yang didapatkan pada bangku kuliah khususnya mata kuliah yang mempelajari tentang Mineral Logam.
2. Menambah pengetahuan tentang Mineral Logam, sehingga bisa tahu baik dari proses terbentuknya, pengolahan, sampai ke pemasarannya.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menerangkan dan membandingkan antara pengetahuan diperkuliahan dengan informasi – informasi serta keadaan di luar yang sebenarnya, sehingga dapat saling mengisi kekurangannya.
2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Mineral Logam pada Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara.
I.3. Pemanfaatan Bahan Galian Nikel
Nikel sangat banyak manfaatnya antara lain :
1. Untuk pembuatan baja tahan karat,
2. Sebagai selaput penutup barang-barang yang dibuat dari besi atau baja,
3. Alat-alat laboratorium Fisika dan Kimia,
4. Digunakan dalam bentuk paduan untuk pembuatan alat-alat yang dipakai dalam industri mobil dan pesawat terbang.
5. Nikel juga digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan diberbagai industri logam
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Keterdapatan Bahan Galian Nikel
Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua.Selain itu terdapat juga di daerah Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) Ternate.
II.2. Keadaan Geologi
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.
PROTOLITH
Merupakan dasar (bagian terbawah) dari penampang vertikal.
Merupakan batuan asal yang berupa batuan ultramafik (harzburgite, peridotit atau dunit).
Nikel terdapat (muncul) bersama-sama dengan struktur mineral silikat dari magnesium-rich olivin atau sebagai hasil (alterasi serpentinisasi).
Olivin tidak stabil pada pelapukan kimiawi Æ“amorphous ferric hydroxides”, minor amorphous silikat dan beberapa unsur tidak mobile lainnya.
SAPROLITE
Fragmen-fragmen batuan asal masih ada, tetapi mineral-mineralnya pada umumnya sudah terubah.
Batas antara zona saprolite dan protolith pada umumnya irregular dan bergradasi.
Pada beberapa endapan nikel laterit, zona ini dicirikan dengan keberadaan pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering).
Dengan berkembangnya proses pelapukan, unsur Mg di dalam protholith umumnya terlindikan (leached), dan silika sebagian terbawa oleh air tanah.
LIMONIT
Bagian yang kaya dengan oksida besi akibat dari proses pembentukan zona saprolite (oksida besi dominan pada bagian atas dari zona saprolite) Æ horizon limonit.
TUDUNG BESI (erriginous duricrust, cuirasse, canga, ferricrete)
Suatu lapisan dengan konsentrasi besi yang cukup tinggi, melindungi lapisan endapan laterit di bawahnya terhadap erosi.
II.3. Genesa Bahan Galian Nikel
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit yang utama. Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, airtanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral.
Genesa Umum Nikel Laterit berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa.
Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992). Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel.
Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh – tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel – partikel silika yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral – mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah. Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral – mineral oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).
Endapan bijih nikel laterit, yaitu bijih nikel yang terbentuk sebagai hasil pelapukan batuan ultramafik dan terkonsentrasi pada zona pelapukan (Peters, 1978).
II.4. Eksplorasi Nikel
Dalam eksplorasi Nikel banyak hal yang harus dilakukan, antara lain :
a) Membuat analisis statistic dari data kadar bijih nikel, ketebalan bijih, dan ketebalan overburden, kemudian lakukan verifikasi data berdasarkan parameter statistic.
b) Membuat peta kontur topografi dan kontur kadar bijih nikel kemudian membuat analisanya.
c) Membuat peta kontur ketebalan OB.
d) Menghitung sumberdaya bijih nikel, bisa menggunakan metode NNP.
e) Membuat batas PIT potensial.
f) Lalu menghitung berapa cadangannya
II.5. Eksploitasi Nikel
Lorite dan Logam nikel diambil dari endapan primer yaitu dari batuan ultra basa dan endapan residu yaitu berupa tanah laterite nikel berupa mineral garnierite, Ni-chlorite dan Nieeolite NiAs.
Terlihat adanya perubahan Ekploitasi dari bahn Galian Nikel :
II.6. Pengolahan Bahan Galian Nikel
a) Hasil bijih yang ada dimasukan kedalam proses penghancuran sehingga mempunyai diameter 20 cm dan kemudian digiling sampai diameter 2 mm dengan kadar nikel 21 %.
Pemurnian untuk menghilangkan unsure belerang, silica, karbon, phaspor, chromium, dengan 2 tahap yaitu :
1. Menggunakan karbit dan bubuk soda sebagai bahan pembuang belerang.
2. Menggunakan bath (pemurnian karbon tinggi) yaitu ferro nikel cair dalam tanggul goyang (shaking conveyor) dengan dihambusi oksigen untuk membuang berbagai unsur yaitu chromium, karbon, silica, phaspor sehingga akan menghasilkan ferro nikel dengan kadar karbon rendah.
b) Hasil penambangan di Soroako mengandung nikel (saprolitie ore) tapi masih mengandung air 28%, kemudian direduksi untuk menghilangkan kadar air dan minyak yang diinjeksi dengan aliran listrik yang terputus – putus diatas panas dalam tanur, kemudian diberi belerang, dilebur dan didapatkan nikel kasar dengan kadar 25 % nikel dan dimurnikan dalam sebuah konvertor sehingga kadar nikelnya menjadi 75% nikel matte.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Dari hasil pembuatan makalah mengenai Bahan Galian Nikel ini, bisa kita lihat dan simpulkan bagaimana proses awal terbentuknya (Genesa), kondisi geologi, tahap eksplorasi, tahap eksploitasi, keterdapatan, dan pengolahannya, serta informasi – informasi lainnya.
Manfaat dari bahan galian Nikel ini sangat banyak, sehingga sangat menarik minat para pengusaha – pengusaha untuk membuka pertambangan yang bergerak dibidang bahan galian Nikel. Didalam proses pertambangan bahan galian Nikel banyak hal yang harus kita ketahui, salah satunya mengenai dampak lingkungannya, sehingga pada saat kita melakukan proses penambangan tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Dewasa ini pencemaran lingkungan sangat banyak terjadi, oleh perusahaan – perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak mengerti mengenai lingkungan. Maka tidak terlambat untuk kita menjaga lingkungan agar terbebas dari pencemaran –pencemaran limbah, dan pencemaran lainnya.
Read More
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Nikel merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi karena pada masa sekarang dan masa yang akan datang kebutuhan Nikel semakin meningkat disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka pertambangan Nikel.
Nikel adalah bahan galian golongan A, yang dimana bahan galian yang tergolong strategis. Minyak bumi dan batubara juga sama dalam bahan galian golongan A, yang kita tahu dewasa ini bahan galian golongan A sangat dicari oleh investor – investor yang bergerak dibidang pertambangan dan usaha lainnya.
Bahan galian Nikel banyak fungsinya, salah satunya dalam pembuatan baja yang tahan karat, bisa juga dipakai sebagai alat – alat laboratorium Fisika dan Kimia, serta banyak lagi fungsi lainnya, sehingga menarik sekali untuk dikelola.
Dengan kondisi demikian maka dari pihak Universitas Kutai Kartanegara membuat salah satu Fakultas Teknik, dan dalam program studinya ada jurusan Geologi Pertambangan yang dimana ada mata kuliah yang mempelajari Mineral Logam khususnya mineral – mineral berharga salah satunya Nikel. Dengan demikian sebagai mahasiswa harus mengetahui dan mengerti mengenai bahan galian Nikel serta diharapkan bisa memanfaatkan bahan galian tersebut dan juga bisa membuka lapangan kerja baru.
I.2. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk menerapkan dan mengembangkan teori yang didapatkan pada bangku kuliah khususnya mata kuliah yang mempelajari tentang Mineral Logam.
2. Menambah pengetahuan tentang Mineral Logam, sehingga bisa tahu baik dari proses terbentuknya, pengolahan, sampai ke pemasarannya.
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menerangkan dan membandingkan antara pengetahuan diperkuliahan dengan informasi – informasi serta keadaan di luar yang sebenarnya, sehingga dapat saling mengisi kekurangannya.
2. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Mineral Logam pada Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara.
I.3. Pemanfaatan Bahan Galian Nikel
Nikel sangat banyak manfaatnya antara lain :
1. Untuk pembuatan baja tahan karat,
2. Sebagai selaput penutup barang-barang yang dibuat dari besi atau baja,
3. Alat-alat laboratorium Fisika dan Kimia,
4. Digunakan dalam bentuk paduan untuk pembuatan alat-alat yang dipakai dalam industri mobil dan pesawat terbang.
5. Nikel juga digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan diberbagai industri logam
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Keterdapatan Bahan Galian Nikel
Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua.Selain itu terdapat juga di daerah Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel), Maluku Utara (Malut) Ternate.
II.2. Keadaan Geologi
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.
PROTOLITH
Merupakan dasar (bagian terbawah) dari penampang vertikal.
Merupakan batuan asal yang berupa batuan ultramafik (harzburgite, peridotit atau dunit).
Nikel terdapat (muncul) bersama-sama dengan struktur mineral silikat dari magnesium-rich olivin atau sebagai hasil (alterasi serpentinisasi).
Olivin tidak stabil pada pelapukan kimiawi Æ“amorphous ferric hydroxides”, minor amorphous silikat dan beberapa unsur tidak mobile lainnya.
SAPROLITE
Fragmen-fragmen batuan asal masih ada, tetapi mineral-mineralnya pada umumnya sudah terubah.
Batas antara zona saprolite dan protolith pada umumnya irregular dan bergradasi.
Pada beberapa endapan nikel laterit, zona ini dicirikan dengan keberadaan pelapukan mengulit bawang (spheroidal weathering).
Dengan berkembangnya proses pelapukan, unsur Mg di dalam protholith umumnya terlindikan (leached), dan silika sebagian terbawa oleh air tanah.
LIMONIT
Bagian yang kaya dengan oksida besi akibat dari proses pembentukan zona saprolite (oksida besi dominan pada bagian atas dari zona saprolite) Æ horizon limonit.
TUDUNG BESI (erriginous duricrust, cuirasse, canga, ferricrete)
Suatu lapisan dengan konsentrasi besi yang cukup tinggi, melindungi lapisan endapan laterit di bawahnya terhadap erosi.
II.3. Genesa Bahan Galian Nikel
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia memiliki profil laterit (produk pelapukan) yang tebal dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara penghasil nikel laterit yang utama. Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, airtanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral.
Genesa Umum Nikel Laterit berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu endapan sulfida nikel – tembaga berasal dari mineral pentlandit, yang terbentuk akibat injeksi magma dan konsentrasi residu (sisa) silikat nikel hasil pelapukan batuan beku ultramafik yang sering disebut endapan nikel laterit. Menurut Bateman (1981), endapan jenis konsentrasi sisa dapat terbentuk jika batuan induk yang mengandung bijih mengalami proses pelapukan, maka mineral yang mudah larut akan terusir oleh proses erosi, sedangkan mineral bijih biasanya stabil dan mempunyai berat jenis besar akan tertinggal dan terkumpul menjadi endapan konsentrasi sisa.
Air permukaan yang mengandung CO2 dari atmosfer dan terkayakan kembali oleh material – material organis di permukaan meresap ke bawah permukaan tanah sampai pada zona pelindihan, dimana fluktuasi air tanah berlangsung. Akibat fluktuasi ini air tanah yang kaya akan CO2 akan kontak dengan zona saprolit yang masih mengandung batuan asal dan melarutkan mineral – mineral yang tidak stabil seperti olivin / serpentin dan piroksen. Mg, Si dan Ni akan larut dan terbawa sesuai dengan aliran air tanah dan akan memberikan mineral – mineral baru pada proses pengendapan kembali (Hasanudin dkk, 1992). Boldt (1967), menyatakan bahwa proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentin), dimana pada batuan ini banyak mengandung mineral olivin, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya banyak mengandung 0,30 % nikel.
Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh – tumbuhan, akan menghancurkan olivin. Terjadi penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan silika kedalam larutan, cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel – partikel silika yang submikroskopis. Didalam larutan besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini akan menghilangkan air dengan membentuk mineral – mineral seperti karat, yaitu hematit dan kobalt dalam jumlah kecil, jadi besi oksida mengendap dekat dengan permukaan tanah. Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika pada profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co (Rose et al., 1979 dalam Nushantara 2002) . Proses pelapukan dan pencucian yang terjadi akan menyebabkan unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co terkayakan di zona limonit dan terikat sebagai mineral – mineral oxida / hidroksida, seperti limonit, hematit, dan Goetit (Hasanudin, 1992).
Endapan bijih nikel laterit, yaitu bijih nikel yang terbentuk sebagai hasil pelapukan batuan ultramafik dan terkonsentrasi pada zona pelapukan (Peters, 1978).
II.4. Eksplorasi Nikel
Dalam eksplorasi Nikel banyak hal yang harus dilakukan, antara lain :
a) Membuat analisis statistic dari data kadar bijih nikel, ketebalan bijih, dan ketebalan overburden, kemudian lakukan verifikasi data berdasarkan parameter statistic.
b) Membuat peta kontur topografi dan kontur kadar bijih nikel kemudian membuat analisanya.
c) Membuat peta kontur ketebalan OB.
d) Menghitung sumberdaya bijih nikel, bisa menggunakan metode NNP.
e) Membuat batas PIT potensial.
f) Lalu menghitung berapa cadangannya
II.5. Eksploitasi Nikel
Lorite dan Logam nikel diambil dari endapan primer yaitu dari batuan ultra basa dan endapan residu yaitu berupa tanah laterite nikel berupa mineral garnierite, Ni-chlorite dan Nieeolite NiAs.
Terlihat adanya perubahan Ekploitasi dari bahn Galian Nikel :
II.6. Pengolahan Bahan Galian Nikel
a) Hasil bijih yang ada dimasukan kedalam proses penghancuran sehingga mempunyai diameter 20 cm dan kemudian digiling sampai diameter 2 mm dengan kadar nikel 21 %.
Pemurnian untuk menghilangkan unsure belerang, silica, karbon, phaspor, chromium, dengan 2 tahap yaitu :
1. Menggunakan karbit dan bubuk soda sebagai bahan pembuang belerang.
2. Menggunakan bath (pemurnian karbon tinggi) yaitu ferro nikel cair dalam tanggul goyang (shaking conveyor) dengan dihambusi oksigen untuk membuang berbagai unsur yaitu chromium, karbon, silica, phaspor sehingga akan menghasilkan ferro nikel dengan kadar karbon rendah.
b) Hasil penambangan di Soroako mengandung nikel (saprolitie ore) tapi masih mengandung air 28%, kemudian direduksi untuk menghilangkan kadar air dan minyak yang diinjeksi dengan aliran listrik yang terputus – putus diatas panas dalam tanur, kemudian diberi belerang, dilebur dan didapatkan nikel kasar dengan kadar 25 % nikel dan dimurnikan dalam sebuah konvertor sehingga kadar nikelnya menjadi 75% nikel matte.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Dari hasil pembuatan makalah mengenai Bahan Galian Nikel ini, bisa kita lihat dan simpulkan bagaimana proses awal terbentuknya (Genesa), kondisi geologi, tahap eksplorasi, tahap eksploitasi, keterdapatan, dan pengolahannya, serta informasi – informasi lainnya.
Manfaat dari bahan galian Nikel ini sangat banyak, sehingga sangat menarik minat para pengusaha – pengusaha untuk membuka pertambangan yang bergerak dibidang bahan galian Nikel. Didalam proses pertambangan bahan galian Nikel banyak hal yang harus kita ketahui, salah satunya mengenai dampak lingkungannya, sehingga pada saat kita melakukan proses penambangan tidak terjadi pencemaran lingkungan.
Dewasa ini pencemaran lingkungan sangat banyak terjadi, oleh perusahaan – perusahaan yang tidak bertanggung jawab dan tidak mengerti mengenai lingkungan. Maka tidak terlambat untuk kita menjaga lingkungan agar terbebas dari pencemaran –pencemaran limbah, dan pencemaran lainnya.
Read More
MAKALAH PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan galian. Karna umumnya material bahan berharga pada saat proses penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karna masih bercampur dengan impurutis atau zat pengotor (Tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya. Setelah proses pengolahan awal, bahan galian utama biasanya didapatkan dalam bentuk konsentrat bahan galian
Dari segi ekonomis pengolahan ini bertujuan untuk :
1. Memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut
Umumnya, setelah ditambang, bahan galian tidak dapat langsung digunakan. Namun kembali digunakan sebagai bahan baku dari industri lain dengan diadakannya pengolahan awal. Maka hal ini akan memudahkan konsumen untuk langsung menggunakan bahan galian tersebut tanpa harus mengeluarkan cost untuk pengolahan awal, sehingga konsumen akan dapat membeli bahan galian dengan harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pengolahan awal.
2. Memaksimalkan jumlah daya angkut
Dengan dipisahkannya antara tailing dengan konsentrat, maka pada saat proses pemindahan bahan galian, kita tidak perlu memindahkan zat pengotornya, sehingga jumlah bahan galian yang dapat kita pindahkan menjadi maksimal dan hal ini akan mempengaruhi pada cost transportasi pemindahan bahan galian (Hauling) yang semakin rendah.
Dari segi teknis, pengolahan awal ini juga memliki beberapa keuntungan,diantaranya
1. Memudahkan dalam pengolahan lanjutan
Dengan sudah terpisahnya konsentrat dan tailing, maka pengolahan lanjutan untuk konsentrat ini akan menjadi lebih mudah.
2. Kemungkinan mendapatkan mineral ikutan
Pada saat pengolahan, proses utama yang dilakukan adalah memisahkan bahan galian utama dengan material lain. Namun dalam beberapa kasus, material tersebut juga dapat berupa bahan galian ekonomis,seperti adanya unsur emas pada penambangan tembaga yang dilakukan PT Free Port Indonesia.
Sebelum dilakukan pengolahan, ada beberapa faktor yang harus kita perhatikan, antara lain :
a. Kekerasan
b. Warna dan Kilap
c. Ikatan Mineral
d. Berat Jenis dan Specific Grafity
e. Sifat Kemagnetan
f. Sifat Keradioaktifan
g. Reaksi Terhadap Udara
h. Sifat Elektricity
Hal ini bertujuan untuk pengumpulan data dan penentuan jenis peralatan pada saat pengolahan.
Adapun tahapan-tahapan awal dalam proses pengolahan bahan galian ini adalah:
1. Preparasi, ini adalah tahap persiapan sebelum tahap pengolahan awal
a. Kominusi
b. Sizing
2. Konsentrasi, pada tahap ini konsentrat dipisahkan dari material koalisinya.
a. Aliran air Horizontal
b. Aliran air vertical
c. Berdasarkan Specific Grafity
d. Berdasarkan sifat kemagnetan
e. Berdasarkan sifat elektricity
f. Reaktifitas terhadap udara
3. Dewatering, adalah proses Pemisanhan unsur padat dan cair.
a. Filtrasi
b. Drying
c. Thicktening
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah agar mahsiswa dapat lebih aktif dalam mempelajari materi yang didapatkan dikampus, Sedangkan Tujuannya sendiri antara lain :
1. Memahami tujuan pengolahan bahan galian
2. Memahami sistem pengolahan bahan galian
3. Dapat memahami dan menjelaskan beberapa contoh peralatan yang biasanya digunakan dalam pengolahan .
BAB II
PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
1. Sluice Box
Sluice Box biasa digunakan pada tambang semprot untuk lapisan alluvial. Dimana lapisan alluvial ini disemprot dengan air bertekanan tinggi menggunakan pompa sederhana utnuk melepaskan butiran material berharga dengan fragmen alluvial. Selanjutnya aliran lumpur alluvial ini disemprotkan ke dalam sluice box tersebut untuk dilakuan proses pemisahan awal. Material berharga yang dicari dengan menggunakan metode ini umumnya adalah bijih emas dan timah.
Didalam sluice box, lumpur hasil penyedotan konsentrat yang mengandung emas yang terdapat didalam aliran lumpur dapat ditangkap (terendapkan karena berat jenisnya tinggi) dengan bantuan dasar sluice box yang dilapisi karpet. Setelah itu karpet dasaran dari sluice box ini kemudian dicuci dalam drum tertutup, agar butiran material berharga telepas dan terkumpul didalamnya. Kosentrat yang berisi campuran mineral berat selanjutnya didulang untuk mendapatkan butiran emasnya. Pada saat proses ini biasanya masih banyak material berharga yang ikut terbawa bersama tailing. Untuk menghindari proses tersebut, pada saat pendulangan campuran konsentratnya dicampurkan dengan air raksa (Hg), Hal ini memanfaatkan sifat emas yang hanya mau bersenyawa dengan Unsur air raksa tersebut. Proses tersebut disebut disebut proses “Amalgamisasi”. Kemudian campuran air raksa dan emas lalu tersebut disaring menggunakan kain saring untuk mendapatkan konsentrat murni dari emasnya, konsentrat ini boasanya disebut “Bulion”. Bulion ini kemudian dibakar untuk memisahkan kembali campuran antara air raksa dan unsur emasnya.
2. Humprey Spiral
Pada metode ini, prinsip utama yang diterapkan adalah pola aliran horizontal. Adapun gaya-gaya utama yang bekerja pada sistem pengolahan dengan menggunakan alat humprey spiral ini adalah :
a. Gaya dorong air
b. Gaya gesek air
c. Gaya grafitasi
d. Gaya Sentrifugal
Alatnya berupa Louder yang melingkar dan membentuk spiral, semakin panjang loudernya, maka konsentrat yang diperoleh akan semakin tinggi kadarnya. Terjadinya pemisahan di Humprey Spiral adalah karna feed yang dimasukkan kedalam feed tank, melalui pompa, akan dihisap masuk kedalam cyclone. Didalam cyclone, material cairan akan dipisahkan berdasarkan berat jenisnya. Material yang lebih besar berat jenisnya akan masuk kedalam feed box, dan yang ringan akan mengalir masuk kedalam llounder sebagai wash water. Karena bentyuk dari louder ini melingkar dari atas sampai bawah, maka terjadi gerak arus sentrifugal, dan material yang ringan akan mengalir keluar sebagai tailing, dan material berat akan masuk kedalam port konsentrat.
3. Jaw crusher
Jaw Crusher adalah salah satu alat penghancur utama dalam pengolahan bijih tambang atau tanaman. Ukuran rahang yang ditunjuk adalah penghancur oleh rectangular atau persegi tersebut di bagian atas mulut (feed membuka). Misalnya, 24 x 36 rahang penghancur memiliki pembukaan 24 "36", a 56 x 56 rahang penghancur memiliki pembukaan 56 "square. Primer jaw crushers biasanya dari desain persegi tersebut, dan kedua adalah rahang crushers rectangular yang membuka desain. Namun, ada banyak pengecualian untuk aturan umum ini. Bongkah batu diletakkan didalam lubang feed, kemudian bongkahan tersebut akan masuk diantara rahang tetap, dan rahang bergerak, lalu rotor akan menggerakan rahang bergerak dengan menggunakan noken, gerakan rahang beregerak ini akan menjepit bongkahan dan memecahkannya. Tekanan yang diberikan rahang bergerak kepada material ditentukan dari tingkat kekerasan material itu sendiri. Sedangkan lebar bukaan minimum dari lubang out put, ditentukan dari besarnya ukuran yang diinginkan. Biasanya di bagian bawah dari jaw crusher ini diletakkan screen untuk menyaring dan memastikan material yang keluar sesuai dengan standart ukuran yang diinginkan. Sedangkan bongkahan yang masih belum sesuai ukurannya, akan kembali mengalami proses lanjutan, dapat berupa milling, grinding, atau crushing lagi.
4. Drum Magnetic Separator
Metode ini umumnya digunakan untuk pengolahan bijih yang memiliki sifat kemagnetan. Konsentrat dan tailing dipisahkan dengan menggunakan magnet induksi yang berupa drum. Feed dijatuhkan di lubang pemasukan feed, kemudian curahan bijih tersebut akan menabrak drum magnet yang sedang berputar. Material yang memiliki sifat kemagnetan akan melengket pada drum tersebut, sedangkan material yang tidak memeiliki sifat kemagnetan akan jatuh ketempat tailing. Ada tiga tempat output terpisah didalam alat ini.
a. Lubang keluaran untuk material yang memiliki sifat kemagnetan besar.
b. Lubang keluaran untuk material dengan sifat kemagnetan rendah yang disebut Midling. (biasanya campuran antara material magnetic dan non-magnetic)
c. Lubang keluaran untuk material non-magnetic
5. Flotation (flotasi)
Flotasi adalah jenis pemisahan antara konsentrat dan Ore, konsentrat adalah materaial yang mengandung unsur-unsur material berharga, biasanya dalam bentuk bijih, seperti emas dan tembaga. Dari hasil pengolahan ini, tidak 100% konsentrat material emas dan tembaga yang dapat diambil, biasanya dari 100% konsentrat, setelah dilakukan proses ekstraksi, ada sekitar 10% - 20% yang hilang.
Proses-proses dalam flotasi ini antara lain : Pengahancuran, peggilingan (biasanya 2 proses ini adalah proses awal dalam pengolahan), Pengapungan, dan pengeringan. Penghancuran dan penggilingan bertujuan untuk mererduksi ukuran bijih agar sesuai dengan kapasitas alat flotasi. Flotasi sendiri dapat diartikan pengapungan, dimana yang diapungkan disini adalah material berharga yang reaktif terhadap adanya gelembung udara dan tingkat kejenuhan terhadap air. Sehingga jika suatu material sudah jenuh terhadap air, maka dia cenderung akan bereaksi dengan gelembung udara dan terangkat kepermukaan sel flotasi dalam bentuk buih. Awalnya konsentrat halus hasil penggilingan yang mengandung unsur emas atau tembaga tadi dicampur dengan Reagen untuk membuat bubur konsentrat (slurry) didalam sel flotasi, lalu dimasukkan udara bertekanan untuk proses pengadukannya. Reagen sendiri adalah media yang digunakan untuk membuat gelembung udara pada saat poses, reagen type ini dapat berupa kapur. Kemudian dimasukkan juga reagen type Collector, fungsinya adalah mempengaruhi semua partikel-partikel sulfida yang biasanya berupa logam agar bersifat menolak air. Setelah partikel sulfida terpengaruh oleh reagen collector. Maka partikel tersebut akan mengikuti gelembung dan mengapung kepermukaan sel flotasi. Partikel ini akan berbentuk buih seperti detergen yang berwarna metalik dan akan masuk ke palung konsentrat. Hasil dari proses flotasi ini harus mengalami proses lanjutan berupa proses pengeringan.
5. Conveyor Magnetic Separator
Metode ini biasanya digunakan untuk memisahkan material berupa bijih yang memiliki sifat kemagnetan. Metode yang digunakan hampir sama dengan Drum magnetic separator, namun pada alat ini, magnet tidak berbentuk drum yang berputar dan memiliki arus magnet induksi, melainkan sebuah belt conveyor yang terbuat dari lempeng logam. Bentuk dan mekanisme kerja alat dari Conveyornya sama dengan conveyor yang biasa digunakan pada proses pemindahan material hasil proses crushing. Namun conveyor logam ini memiliki arus magnet induksi.
Prisnsip kerjanya adalah dengan menjatuhkan material curah hasil proses crushing di atas conveyor yang sedang berjalan. Material yang tidak memiliki sifat kemagnetan akan jatuh diujung landasan conveyor dan masuk kedalam Waste port untuk selanjutnya dialirkan dengan aliran air ke tailing pit. Sedangkan material yang memiliki sifat kemagnetan akan terus berjalan bersama dengan belt conveyor, lalu belt conveyor akan dibersihkan oleh scrap, agar material magnetic terlepas dari belt conveyor ketempat penampungannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tujuan Pengolahan awal adalah untuk meningkatkan kualitas bahan galian.
2. Hasil dari pengolahan ini adalah konsentrat dan tailing.
3. Konsentrat adalah material berharga (bahan galian utama).
4. Tailing adalah zat pengotor (material asosiasi).
5. Didalam proses ini kemungkian akan didapatkan bahan galian ekonomis ikutan dan campuran.
6. Sebelum melakukan pengolahan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk penentuan peralatan pengolahan, antara lain :
a. Warna dan Kilap
b. Ikatan Mineral
c. Berat Jenis dan Specific Grafity
d. Sifat Kemagnetan
e. Sifat Keradioaktifan
f. Reaksi Terhadap Udara
g. Sifat Elektricity
h. Kekerasan
Read More
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pengolahan Bahan Galian merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas bahan galian. Karna umumnya material bahan berharga pada saat proses penambangan masih belum bisa digunakan secara langsung karna masih bercampur dengan impurutis atau zat pengotor (Tailing) yang umumnya berasal dari material koalisinya. Setelah proses pengolahan awal, bahan galian utama biasanya didapatkan dalam bentuk konsentrat bahan galian
Dari segi ekonomis pengolahan ini bertujuan untuk :
1. Memudahkan dalam pengolahan lebih lanjut
Umumnya, setelah ditambang, bahan galian tidak dapat langsung digunakan. Namun kembali digunakan sebagai bahan baku dari industri lain dengan diadakannya pengolahan awal. Maka hal ini akan memudahkan konsumen untuk langsung menggunakan bahan galian tersebut tanpa harus mengeluarkan cost untuk pengolahan awal, sehingga konsumen akan dapat membeli bahan galian dengan harga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelum pengolahan awal.
2. Memaksimalkan jumlah daya angkut
Dengan dipisahkannya antara tailing dengan konsentrat, maka pada saat proses pemindahan bahan galian, kita tidak perlu memindahkan zat pengotornya, sehingga jumlah bahan galian yang dapat kita pindahkan menjadi maksimal dan hal ini akan mempengaruhi pada cost transportasi pemindahan bahan galian (Hauling) yang semakin rendah.
Dari segi teknis, pengolahan awal ini juga memliki beberapa keuntungan,diantaranya
1. Memudahkan dalam pengolahan lanjutan
Dengan sudah terpisahnya konsentrat dan tailing, maka pengolahan lanjutan untuk konsentrat ini akan menjadi lebih mudah.
2. Kemungkinan mendapatkan mineral ikutan
Pada saat pengolahan, proses utama yang dilakukan adalah memisahkan bahan galian utama dengan material lain. Namun dalam beberapa kasus, material tersebut juga dapat berupa bahan galian ekonomis,seperti adanya unsur emas pada penambangan tembaga yang dilakukan PT Free Port Indonesia.
Sebelum dilakukan pengolahan, ada beberapa faktor yang harus kita perhatikan, antara lain :
a. Kekerasan
b. Warna dan Kilap
c. Ikatan Mineral
d. Berat Jenis dan Specific Grafity
e. Sifat Kemagnetan
f. Sifat Keradioaktifan
g. Reaksi Terhadap Udara
h. Sifat Elektricity
Hal ini bertujuan untuk pengumpulan data dan penentuan jenis peralatan pada saat pengolahan.
Adapun tahapan-tahapan awal dalam proses pengolahan bahan galian ini adalah:
1. Preparasi, ini adalah tahap persiapan sebelum tahap pengolahan awal
a. Kominusi
b. Sizing
2. Konsentrasi, pada tahap ini konsentrat dipisahkan dari material koalisinya.
a. Aliran air Horizontal
b. Aliran air vertical
c. Berdasarkan Specific Grafity
d. Berdasarkan sifat kemagnetan
e. Berdasarkan sifat elektricity
f. Reaktifitas terhadap udara
3. Dewatering, adalah proses Pemisanhan unsur padat dan cair.
a. Filtrasi
b. Drying
c. Thicktening
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan makalah ini adalah agar mahsiswa dapat lebih aktif dalam mempelajari materi yang didapatkan dikampus, Sedangkan Tujuannya sendiri antara lain :
1. Memahami tujuan pengolahan bahan galian
2. Memahami sistem pengolahan bahan galian
3. Dapat memahami dan menjelaskan beberapa contoh peralatan yang biasanya digunakan dalam pengolahan .
BAB II
PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
1. Sluice Box
Sluice Box biasa digunakan pada tambang semprot untuk lapisan alluvial. Dimana lapisan alluvial ini disemprot dengan air bertekanan tinggi menggunakan pompa sederhana utnuk melepaskan butiran material berharga dengan fragmen alluvial. Selanjutnya aliran lumpur alluvial ini disemprotkan ke dalam sluice box tersebut untuk dilakuan proses pemisahan awal. Material berharga yang dicari dengan menggunakan metode ini umumnya adalah bijih emas dan timah.
Didalam sluice box, lumpur hasil penyedotan konsentrat yang mengandung emas yang terdapat didalam aliran lumpur dapat ditangkap (terendapkan karena berat jenisnya tinggi) dengan bantuan dasar sluice box yang dilapisi karpet. Setelah itu karpet dasaran dari sluice box ini kemudian dicuci dalam drum tertutup, agar butiran material berharga telepas dan terkumpul didalamnya. Kosentrat yang berisi campuran mineral berat selanjutnya didulang untuk mendapatkan butiran emasnya. Pada saat proses ini biasanya masih banyak material berharga yang ikut terbawa bersama tailing. Untuk menghindari proses tersebut, pada saat pendulangan campuran konsentratnya dicampurkan dengan air raksa (Hg), Hal ini memanfaatkan sifat emas yang hanya mau bersenyawa dengan Unsur air raksa tersebut. Proses tersebut disebut disebut proses “Amalgamisasi”. Kemudian campuran air raksa dan emas lalu tersebut disaring menggunakan kain saring untuk mendapatkan konsentrat murni dari emasnya, konsentrat ini boasanya disebut “Bulion”. Bulion ini kemudian dibakar untuk memisahkan kembali campuran antara air raksa dan unsur emasnya.
2. Humprey Spiral
Pada metode ini, prinsip utama yang diterapkan adalah pola aliran horizontal. Adapun gaya-gaya utama yang bekerja pada sistem pengolahan dengan menggunakan alat humprey spiral ini adalah :
a. Gaya dorong air
b. Gaya gesek air
c. Gaya grafitasi
d. Gaya Sentrifugal
Alatnya berupa Louder yang melingkar dan membentuk spiral, semakin panjang loudernya, maka konsentrat yang diperoleh akan semakin tinggi kadarnya. Terjadinya pemisahan di Humprey Spiral adalah karna feed yang dimasukkan kedalam feed tank, melalui pompa, akan dihisap masuk kedalam cyclone. Didalam cyclone, material cairan akan dipisahkan berdasarkan berat jenisnya. Material yang lebih besar berat jenisnya akan masuk kedalam feed box, dan yang ringan akan mengalir masuk kedalam llounder sebagai wash water. Karena bentyuk dari louder ini melingkar dari atas sampai bawah, maka terjadi gerak arus sentrifugal, dan material yang ringan akan mengalir keluar sebagai tailing, dan material berat akan masuk kedalam port konsentrat.
3. Jaw crusher
Jaw Crusher adalah salah satu alat penghancur utama dalam pengolahan bijih tambang atau tanaman. Ukuran rahang yang ditunjuk adalah penghancur oleh rectangular atau persegi tersebut di bagian atas mulut (feed membuka). Misalnya, 24 x 36 rahang penghancur memiliki pembukaan 24 "36", a 56 x 56 rahang penghancur memiliki pembukaan 56 "square. Primer jaw crushers biasanya dari desain persegi tersebut, dan kedua adalah rahang crushers rectangular yang membuka desain. Namun, ada banyak pengecualian untuk aturan umum ini. Bongkah batu diletakkan didalam lubang feed, kemudian bongkahan tersebut akan masuk diantara rahang tetap, dan rahang bergerak, lalu rotor akan menggerakan rahang bergerak dengan menggunakan noken, gerakan rahang beregerak ini akan menjepit bongkahan dan memecahkannya. Tekanan yang diberikan rahang bergerak kepada material ditentukan dari tingkat kekerasan material itu sendiri. Sedangkan lebar bukaan minimum dari lubang out put, ditentukan dari besarnya ukuran yang diinginkan. Biasanya di bagian bawah dari jaw crusher ini diletakkan screen untuk menyaring dan memastikan material yang keluar sesuai dengan standart ukuran yang diinginkan. Sedangkan bongkahan yang masih belum sesuai ukurannya, akan kembali mengalami proses lanjutan, dapat berupa milling, grinding, atau crushing lagi.
4. Drum Magnetic Separator
Metode ini umumnya digunakan untuk pengolahan bijih yang memiliki sifat kemagnetan. Konsentrat dan tailing dipisahkan dengan menggunakan magnet induksi yang berupa drum. Feed dijatuhkan di lubang pemasukan feed, kemudian curahan bijih tersebut akan menabrak drum magnet yang sedang berputar. Material yang memiliki sifat kemagnetan akan melengket pada drum tersebut, sedangkan material yang tidak memeiliki sifat kemagnetan akan jatuh ketempat tailing. Ada tiga tempat output terpisah didalam alat ini.
a. Lubang keluaran untuk material yang memiliki sifat kemagnetan besar.
b. Lubang keluaran untuk material dengan sifat kemagnetan rendah yang disebut Midling. (biasanya campuran antara material magnetic dan non-magnetic)
c. Lubang keluaran untuk material non-magnetic
5. Flotation (flotasi)
Flotasi adalah jenis pemisahan antara konsentrat dan Ore, konsentrat adalah materaial yang mengandung unsur-unsur material berharga, biasanya dalam bentuk bijih, seperti emas dan tembaga. Dari hasil pengolahan ini, tidak 100% konsentrat material emas dan tembaga yang dapat diambil, biasanya dari 100% konsentrat, setelah dilakukan proses ekstraksi, ada sekitar 10% - 20% yang hilang.
Proses-proses dalam flotasi ini antara lain : Pengahancuran, peggilingan (biasanya 2 proses ini adalah proses awal dalam pengolahan), Pengapungan, dan pengeringan. Penghancuran dan penggilingan bertujuan untuk mererduksi ukuran bijih agar sesuai dengan kapasitas alat flotasi. Flotasi sendiri dapat diartikan pengapungan, dimana yang diapungkan disini adalah material berharga yang reaktif terhadap adanya gelembung udara dan tingkat kejenuhan terhadap air. Sehingga jika suatu material sudah jenuh terhadap air, maka dia cenderung akan bereaksi dengan gelembung udara dan terangkat kepermukaan sel flotasi dalam bentuk buih. Awalnya konsentrat halus hasil penggilingan yang mengandung unsur emas atau tembaga tadi dicampur dengan Reagen untuk membuat bubur konsentrat (slurry) didalam sel flotasi, lalu dimasukkan udara bertekanan untuk proses pengadukannya. Reagen sendiri adalah media yang digunakan untuk membuat gelembung udara pada saat poses, reagen type ini dapat berupa kapur. Kemudian dimasukkan juga reagen type Collector, fungsinya adalah mempengaruhi semua partikel-partikel sulfida yang biasanya berupa logam agar bersifat menolak air. Setelah partikel sulfida terpengaruh oleh reagen collector. Maka partikel tersebut akan mengikuti gelembung dan mengapung kepermukaan sel flotasi. Partikel ini akan berbentuk buih seperti detergen yang berwarna metalik dan akan masuk ke palung konsentrat. Hasil dari proses flotasi ini harus mengalami proses lanjutan berupa proses pengeringan.
5. Conveyor Magnetic Separator
Metode ini biasanya digunakan untuk memisahkan material berupa bijih yang memiliki sifat kemagnetan. Metode yang digunakan hampir sama dengan Drum magnetic separator, namun pada alat ini, magnet tidak berbentuk drum yang berputar dan memiliki arus magnet induksi, melainkan sebuah belt conveyor yang terbuat dari lempeng logam. Bentuk dan mekanisme kerja alat dari Conveyornya sama dengan conveyor yang biasa digunakan pada proses pemindahan material hasil proses crushing. Namun conveyor logam ini memiliki arus magnet induksi.
Prisnsip kerjanya adalah dengan menjatuhkan material curah hasil proses crushing di atas conveyor yang sedang berjalan. Material yang tidak memiliki sifat kemagnetan akan jatuh diujung landasan conveyor dan masuk kedalam Waste port untuk selanjutnya dialirkan dengan aliran air ke tailing pit. Sedangkan material yang memiliki sifat kemagnetan akan terus berjalan bersama dengan belt conveyor, lalu belt conveyor akan dibersihkan oleh scrap, agar material magnetic terlepas dari belt conveyor ketempat penampungannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tujuan Pengolahan awal adalah untuk meningkatkan kualitas bahan galian.
2. Hasil dari pengolahan ini adalah konsentrat dan tailing.
3. Konsentrat adalah material berharga (bahan galian utama).
4. Tailing adalah zat pengotor (material asosiasi).
5. Didalam proses ini kemungkian akan didapatkan bahan galian ekonomis ikutan dan campuran.
6. Sebelum melakukan pengolahan, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan untuk penentuan peralatan pengolahan, antara lain :
a. Warna dan Kilap
b. Ikatan Mineral
c. Berat Jenis dan Specific Grafity
d. Sifat Kemagnetan
e. Sifat Keradioaktifan
f. Reaksi Terhadap Udara
g. Sifat Elektricity
h. Kekerasan
Read More
Minggu, 07 Februari 2010
MAKALAH GEOHIDROLOGI
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menjamin tersedianya air tanah yang bersih di kota-kota besar merupakan hal paling sulit diwujudkan dalam rangka memenuhi target global water security 2015.Kenapa demikian???
Tak banyak yang menyadari barangkali bahwa tanah yang kita pijak makin lama makin turun. Tak banyak yang tahu mungkin bahwa salah satu penyebabnya adalah penyedotan air tanah secara berlebihan. Dan tak banyak yang peduli sepertinya untuk menyelamatkan air, terutama yang berasal dari tanah.Tingginya laju pembangunan Kota Metropolitan serta banyaknya sumur bor menjadi salah satu penyebab mempercepat penurunan permukaan tanah yang tingkat kekerasannya masih rendah.
Sebenarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi ketersedian air tanah,namun sebagian kalangan ataupun media masa hanya memandang dari satu sisi saja.Contohnya kegiatan penambangan,Mungkin argumen sebagian kalangan atau media masa tersebut ada benarnya,memandang bahwa kegiatan penambangan dapat merusak lingkungan khususnya air tanah.Tapi mereka tidak mengetahui latar belakang perusahaan itu,bisa saja perusahaan tersebut bergerak dibidang pertambangan.Namun bila pemimpin perusahaan tersebut backgroundnya bukan dari tambang sudah pasti penambangan serta rekalamasi pada daerah tersebut tidak berjalan sebagai mana mestinya.
B. Pengertian Umum
Air tanah
Adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di permukaan tanah. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak (common goods), seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, pertambangan, perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi ekonomis bahkan dibeberapa tempat sudah menjadi komoditi strategis. Diperkirakan 70% kebutuhan air bersih penduduk dan 90% kebutuhan air industri berasal dari air tanah.
Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit diisi air, sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).
Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Penambahan volume air akan berhenti seiring dengan berhentinya hujan.
Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air permukaan. Dalam suatu laporan disebutkan bahwa dalam kondisi pasca hujan, wilayah bogor mampu menyerap air hujan hingga 60% dari total curah hujan. Sementara wilayah Jakarta hanya mampu menyerap 20% saja. Lalu kemana sisanya? Tentunya jadi air permukaan yang menjelma menjadi banjir.
Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air tanah disebut zona saturasi air.
Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.
Dalam perjalananya aliran airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.
BAB II
Pengaruh Tektonik & Pemompaan Dalam Skala Besar Sebagai Faktor Penurunan Muka Air Tanah
1. Pemompaan Air Tanah Dalam Skala Besar
Tingginya laju pembangunan Kota Metropolitan serta banyaknya sumur bor di kota-kota besar, mempercepat penurunan permukaan tanah yang tingkat kekerasannya masih rendah. Demikian penegasan Kasubdis Bidang Pengendalian Pertambangan DKI Agoeng W. Berdasarkan pemantauan Dinas Pertambangan DKI, laju penurunan tanah di daerah Jakarta Utara mulai tahun 1999 antara 2-8 Cm pertahun, Jakarta Barat 2,2 Cm pertahun, Jakarta Timur 1,5-3 Cm pertahun, dan Jakarta Selatan sekitar 2 Cm pertahun.
Peta penurunan permukaan tanah di DKI antara tahun 1982-1999 yang disusun Dinas Pertambangan menunjukkan, akibat beban bangunan dan faktor teknis, geologi kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat bagian utara merupakan kawasan dengan zona penurunan terparah, yakni antara 100-200 Cm.
Selain itu, Ahli Geologi Dinas Pertambangan DKI Bowo Saroso mengatakan, penyedotan air tanah berlebihan dengan pompa juga menjadi salah satu penyebab turunnya permukaan tanah. Antara 17,5-18 persen penurunan tanah disebabkan oleh adanya sumur bor, sisanya (sekitar 82 persen) disebabkan oleh kondisi alam, beban bangunan, serta kendaraan. Disebutkan, pengambilan air tanah dengan pompa berkapasitas lebih dari 100 meter kubik (m3) sangat dikhawatirkan mempercepat laju penurunan tanah. Seperti diketahui, saat ini 40 persen permukaan tanah DKI sudah berada di bawah permukaan laut seperti Penjaringan, Pluit, dan sebagian Tanjung Priok, sehingga apabila terjadi pasang air laut ditambah dengan curah hujan yang tinggi, banjir di Jakarta tak dapat dielakkan
2. Pengaruh Tektonik
Lapisan kulit bumi dengan ketebalan 100 km mempunyai temperatur relatif jauh lebih rendah dibanding dengan lapisan dalamnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konveksi dimana massa dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah temperatur rendah atau sebaliknya.
Teori aliran konveksi ini sudah lama berkembang untuk menerangkan pergeseran lempeng tektonik yang menjadi penyebab utama terjadinya gempa bumi tektonik. Disamping itu kita kenal juga gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam, sedangkan gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis gempa lainnya sehingga efeknya lebih banyak terhadap bangunan.
Contoh hubungan keterdpatan air tanah dengan struktur geologi adalah
Potensi air tanh di daerah sedimen terlipat atau terpatahkan umumnya kecil hal ini mengingat batuan penyusunnya berupa serpih, napal, atau lempung yang bersifat kedap air. Batupasir jika ada umumnya berupa sisipan dan sangat kompak karena berumur tua dan telah mengalami proses tektonik kuat sehingga sedikit kemungkinannya laipasan batupasir tua dapat bertindak sebagai akifer yang baik
Potensi air tanah pada daerah gunung api dijumpai akifer-akifer dengan system rekahan yang banyak dijumpai pada lava.Rekahan tersebut terbentuk oleh kekar-kekar yang terjadi akibat proses pada pembekuaan ataupun akibat tektonik/vulkanik
Terbentuknya mata air rekahan (fracture artesian spring) adalah mata air yang dihasilkan oleh akifer tertekan yang terpotong oleh struktur impermeable.
Berdasarkan posisinya, Indonesia terletak disepanjang jalur-jalur pertemuan lempeng yang menyebabkan wilayahnya mengalami kondisi tektonik yang sangat kuat. Kondisi–kondisi tersebut memberikan deformasi terhadap satuan-satuan geologinya.Untuk itu dengan mengetahui zonasi struktur kita dapat mengetahui apakah struktur tersebut merupakan zonasi impermeable atau merupakan nilai permebilitas lapisan batuan.
Gempa akan membentuk crack atau rekahan-rekahan.Pada saat gempa terjadi goyangan-goyangan yang dibeberapa tempat justru terlihat air yang menyembur. Namun setelah goyangan gempa reda banyak dilaporkan sumur-sumur kering, dan mata air yang sudah tidak mengeluarkan air lagi.
Mata-air (sumur) banyak yang menjadi kering.Hal ini disebabkan karena ada crack atau rekahan yang membuat air tanah dangkal “jatuh” ke lapisan dibawahnya, terjadi equilibrium dimana ada air yang masuk ke zona lain yang bertekanan lebih rendah (tinggi muka airnya lebih rendah). Lihat gambar nomor 2
BAB III
Hubungan Intrusi Air Laut Dengan Penurunan Muka Air Tanah (Water Level)
Pada dekade terakhir ini telah terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat didunia,dan hal tersebut menyebabkan eksploitasi air bawah tanah terus meningkat dengan pesat..Fenomena ini telah menyebabkan dampak kualitas dan kuantitas air bawah tanah.
Intrusi diartikan sebagai perembesan air laut ke daratan, bahkan sungai sungai. Suatu kawasan yang awalnya air tanahnya tawar kemudian berubah menjadi lagang dan asin seperti air laut. Intrusi dapat berakibat rusaknya air tanah yang tawar dan berganti menjadi asin. Penyebabnya, antara lain penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan bahan bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan.
Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin didaerah pantai terganggu,maka akan terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut.
Terminologi intrusi pada hakekatnya hanya setelah ada aksi,yaitu pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik.adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah pantai,karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah.
Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum,karena adanya intrusi air laut,maka terjadi gradasi mutu,sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum.
Penyusupan air asin ini dapat terjadi antara lain akibat :
1. Penurunan muka air tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai
2. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan didaerah pantai
3. Masuknya air laut kedaratan melaui sungai, kanal, saluran, rawa, ataupun cekungan lainnya
A. Hukum Ghyben-Herzberg
Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben – Herzberg.Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar,maka bidang batas (interface) tegantug pada keseimbangan keduanya.hubungan antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai.
Tekanan Hidrostatis di titik A = B
BAB IV
Penutup
Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
a. Penurunan muka air tanah yang dapat dipengaruhi akibat gempa yang mengakibatkan rekahan – rekahan pada permukaan tanah sehinggan air tanah tersebut turun atau meresap ke lapisan tanah di bawahnya.
b. Penurunan muka air tanah akibat pemompaan dalam skala besar,sehingga mengakibatkan penurunan yang drastis pada water level tersebut.
c. Penurunan muka air tanah akibat eksploitasi lahan.Dengan maraknya pembukaan lahan perumahan serta gedung-gedung perkantoran,mempersempit area infiltrasi air hujan yang turun sehingga,debit air tanah yang diambil dalam skala besar tidak balance (tidak seimbang antara air yang diambil dengan debit infiltrasi hujan kedalam tanah.
Dengan bemikian dapat kita simpulkan,bahwa penurunan muka air tanah sangat erat hubungannya dengan intrusi air laut.Sehingga bila dibiarkan berkelanjutan akan terjadi ”land subsdance” (amblesan tanah).
Untuk masalah penurunan muka air tanah ini,telah banyak metoda yang di terapkan,seperti pembuatan Sumur resapan dan lobang biopori.Tetapi dapt kita lihat di kota-kota besar masing kurangnya sosialisasi pada warga kota.
Read More
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Menjamin tersedianya air tanah yang bersih di kota-kota besar merupakan hal paling sulit diwujudkan dalam rangka memenuhi target global water security 2015.Kenapa demikian???
Tak banyak yang menyadari barangkali bahwa tanah yang kita pijak makin lama makin turun. Tak banyak yang tahu mungkin bahwa salah satu penyebabnya adalah penyedotan air tanah secara berlebihan. Dan tak banyak yang peduli sepertinya untuk menyelamatkan air, terutama yang berasal dari tanah.Tingginya laju pembangunan Kota Metropolitan serta banyaknya sumur bor menjadi salah satu penyebab mempercepat penurunan permukaan tanah yang tingkat kekerasannya masih rendah.
Sebenarnya banyak sekali faktor yang mempengaruhi ketersedian air tanah,namun sebagian kalangan ataupun media masa hanya memandang dari satu sisi saja.Contohnya kegiatan penambangan,Mungkin argumen sebagian kalangan atau media masa tersebut ada benarnya,memandang bahwa kegiatan penambangan dapat merusak lingkungan khususnya air tanah.Tapi mereka tidak mengetahui latar belakang perusahaan itu,bisa saja perusahaan tersebut bergerak dibidang pertambangan.Namun bila pemimpin perusahaan tersebut backgroundnya bukan dari tambang sudah pasti penambangan serta rekalamasi pada daerah tersebut tidak berjalan sebagai mana mestinya.
B. Pengertian Umum
Air tanah
Adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di permukaan tanah. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak (common goods), seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, pertambangan, perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi ekonomis bahkan dibeberapa tempat sudah menjadi komoditi strategis. Diperkirakan 70% kebutuhan air bersih penduduk dan 90% kebutuhan air industri berasal dari air tanah.
Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus bergerak ke bawah sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak antar butirannya sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk melewatinya. Ini adalah lapisan yang bersifat impermeabel. Lapisan seperti ini disebut lapisan aquitard (gambar sebelah kanan bersifat impermeabel yang sulit diisi air, sementara yang kiri bersifat permeabel yang berisi air).
Air yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi rongga-rongga antar butiran dan akan tersimpan disana. Penambahan volume air akan berhenti seiring dengan berhentinya hujan.
Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah. Sementara air yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air permukaan. Dalam suatu laporan disebutkan bahwa dalam kondisi pasca hujan, wilayah bogor mampu menyerap air hujan hingga 60% dari total curah hujan. Sementara wilayah Jakarta hanya mampu menyerap 20% saja. Lalu kemana sisanya? Tentunya jadi air permukaan yang menjelma menjadi banjir.
Permukaan air tanah disebut water table, sementara lapisan tanah yang terisi air tanah disebut zona saturasi air.
Model aliran airtanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan airtanah atau sering juga disebut sebagai daerah imbuhan airtanah (recharge zone). Daerah ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.
Dalam perjalananya aliran airtanah ini seringkali melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang bersifat kedap air (impermeabel) hal ini mengakibatkan perubahan tekanan antara airtanah yang berada di bawah lapisan penutup dan airtanah yang berada diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai airtanah tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan airtanah bebas sering kita lihat dalam penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.
BAB II
Pengaruh Tektonik & Pemompaan Dalam Skala Besar Sebagai Faktor Penurunan Muka Air Tanah
1. Pemompaan Air Tanah Dalam Skala Besar
Tingginya laju pembangunan Kota Metropolitan serta banyaknya sumur bor di kota-kota besar, mempercepat penurunan permukaan tanah yang tingkat kekerasannya masih rendah. Demikian penegasan Kasubdis Bidang Pengendalian Pertambangan DKI Agoeng W. Berdasarkan pemantauan Dinas Pertambangan DKI, laju penurunan tanah di daerah Jakarta Utara mulai tahun 1999 antara 2-8 Cm pertahun, Jakarta Barat 2,2 Cm pertahun, Jakarta Timur 1,5-3 Cm pertahun, dan Jakarta Selatan sekitar 2 Cm pertahun.
Peta penurunan permukaan tanah di DKI antara tahun 1982-1999 yang disusun Dinas Pertambangan menunjukkan, akibat beban bangunan dan faktor teknis, geologi kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat bagian utara merupakan kawasan dengan zona penurunan terparah, yakni antara 100-200 Cm.
Selain itu, Ahli Geologi Dinas Pertambangan DKI Bowo Saroso mengatakan, penyedotan air tanah berlebihan dengan pompa juga menjadi salah satu penyebab turunnya permukaan tanah. Antara 17,5-18 persen penurunan tanah disebabkan oleh adanya sumur bor, sisanya (sekitar 82 persen) disebabkan oleh kondisi alam, beban bangunan, serta kendaraan. Disebutkan, pengambilan air tanah dengan pompa berkapasitas lebih dari 100 meter kubik (m3) sangat dikhawatirkan mempercepat laju penurunan tanah. Seperti diketahui, saat ini 40 persen permukaan tanah DKI sudah berada di bawah permukaan laut seperti Penjaringan, Pluit, dan sebagian Tanjung Priok, sehingga apabila terjadi pasang air laut ditambah dengan curah hujan yang tinggi, banjir di Jakarta tak dapat dielakkan
2. Pengaruh Tektonik
Lapisan kulit bumi dengan ketebalan 100 km mempunyai temperatur relatif jauh lebih rendah dibanding dengan lapisan dalamnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran konveksi dimana massa dengan temperatur tinggi mengalir ke daerah temperatur rendah atau sebaliknya.
Teori aliran konveksi ini sudah lama berkembang untuk menerangkan pergeseran lempeng tektonik yang menjadi penyebab utama terjadinya gempa bumi tektonik. Disamping itu kita kenal juga gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan dan gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan, gempa runtuhan banyak terjadi di pegunungan yang runtuh, gempa imbasan biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air dam, sedangkan gempa buatan adalah gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral. Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis gempa lainnya sehingga efeknya lebih banyak terhadap bangunan.
Contoh hubungan keterdpatan air tanah dengan struktur geologi adalah
Potensi air tanh di daerah sedimen terlipat atau terpatahkan umumnya kecil hal ini mengingat batuan penyusunnya berupa serpih, napal, atau lempung yang bersifat kedap air. Batupasir jika ada umumnya berupa sisipan dan sangat kompak karena berumur tua dan telah mengalami proses tektonik kuat sehingga sedikit kemungkinannya laipasan batupasir tua dapat bertindak sebagai akifer yang baik
Potensi air tanah pada daerah gunung api dijumpai akifer-akifer dengan system rekahan yang banyak dijumpai pada lava.Rekahan tersebut terbentuk oleh kekar-kekar yang terjadi akibat proses pada pembekuaan ataupun akibat tektonik/vulkanik
Terbentuknya mata air rekahan (fracture artesian spring) adalah mata air yang dihasilkan oleh akifer tertekan yang terpotong oleh struktur impermeable.
Berdasarkan posisinya, Indonesia terletak disepanjang jalur-jalur pertemuan lempeng yang menyebabkan wilayahnya mengalami kondisi tektonik yang sangat kuat. Kondisi–kondisi tersebut memberikan deformasi terhadap satuan-satuan geologinya.Untuk itu dengan mengetahui zonasi struktur kita dapat mengetahui apakah struktur tersebut merupakan zonasi impermeable atau merupakan nilai permebilitas lapisan batuan.
Gempa akan membentuk crack atau rekahan-rekahan.Pada saat gempa terjadi goyangan-goyangan yang dibeberapa tempat justru terlihat air yang menyembur. Namun setelah goyangan gempa reda banyak dilaporkan sumur-sumur kering, dan mata air yang sudah tidak mengeluarkan air lagi.
Mata-air (sumur) banyak yang menjadi kering.Hal ini disebabkan karena ada crack atau rekahan yang membuat air tanah dangkal “jatuh” ke lapisan dibawahnya, terjadi equilibrium dimana ada air yang masuk ke zona lain yang bertekanan lebih rendah (tinggi muka airnya lebih rendah). Lihat gambar nomor 2
BAB III
Hubungan Intrusi Air Laut Dengan Penurunan Muka Air Tanah (Water Level)
Pada dekade terakhir ini telah terjadi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat didunia,dan hal tersebut menyebabkan eksploitasi air bawah tanah terus meningkat dengan pesat..Fenomena ini telah menyebabkan dampak kualitas dan kuantitas air bawah tanah.
Intrusi diartikan sebagai perembesan air laut ke daratan, bahkan sungai sungai. Suatu kawasan yang awalnya air tanahnya tawar kemudian berubah menjadi lagang dan asin seperti air laut. Intrusi dapat berakibat rusaknya air tanah yang tawar dan berganti menjadi asin. Penyebabnya, antara lain penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan bahan bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan.
Apabila keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin didaerah pantai terganggu,maka akan terjadi pergerakan air bawah tanah asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut.
Terminologi intrusi pada hakekatnya hanya setelah ada aksi,yaitu pengambilan air bawah tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik.adanya intrusi air laut ini merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah pantai,karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah.
Air bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum,karena adanya intrusi air laut,maka terjadi gradasi mutu,sehingga tidak layak lagi digunakan untuk air minum.
Penyusupan air asin ini dapat terjadi antara lain akibat :
1. Penurunan muka air tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai
2. Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan didaerah pantai
3. Masuknya air laut kedaratan melaui sungai, kanal, saluran, rawa, ataupun cekungan lainnya
A. Hukum Ghyben-Herzberg
Hubungan antara air laut dengan air bawah tanah tawar pada akuifer pantai pada keadaan statis dapat diterangkan dengan hukum Ghyben – Herzberg.Dengan adanya perbedaan berat jenis antara air laut dengan air bawah tanah tawar,maka bidang batas (interface) tegantug pada keseimbangan keduanya.hubungan antara air asin dengan air bawah tanah tawar pada akuifer bebas di daerah pantai.
Tekanan Hidrostatis di titik A = B
BAB IV
Penutup
Sebagai penutup tulisan ini dapat dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
a. Penurunan muka air tanah yang dapat dipengaruhi akibat gempa yang mengakibatkan rekahan – rekahan pada permukaan tanah sehinggan air tanah tersebut turun atau meresap ke lapisan tanah di bawahnya.
b. Penurunan muka air tanah akibat pemompaan dalam skala besar,sehingga mengakibatkan penurunan yang drastis pada water level tersebut.
c. Penurunan muka air tanah akibat eksploitasi lahan.Dengan maraknya pembukaan lahan perumahan serta gedung-gedung perkantoran,mempersempit area infiltrasi air hujan yang turun sehingga,debit air tanah yang diambil dalam skala besar tidak balance (tidak seimbang antara air yang diambil dengan debit infiltrasi hujan kedalam tanah.
Dengan bemikian dapat kita simpulkan,bahwa penurunan muka air tanah sangat erat hubungannya dengan intrusi air laut.Sehingga bila dibiarkan berkelanjutan akan terjadi ”land subsdance” (amblesan tanah).
Untuk masalah penurunan muka air tanah ini,telah banyak metoda yang di terapkan,seperti pembuatan Sumur resapan dan lobang biopori.Tetapi dapt kita lihat di kota-kota besar masing kurangnya sosialisasi pada warga kota.
Read More
Langganan:
Postingan (Atom)